Rabu, 19 September 2012

JEAN PIAGET (1896 - 1980)


A. Sekilas tentang Jean Piaget
Jean Piaget dilahirkan di Neuchâtel (Switzerland) pada tanggal 9 Agustus 1896. Dia meninggal di Geneva pada tanggal 16 September, 1980. Dia adalah anak tertua dari pasangan suami istri Arthur Piaget, seorang profesor Kesusastraan abad pertengahan dan Rebecca Jackson. Pada usia yang masih dibilang kecil pada saat itu yakni 11 tahun di Neuchâtel Latin high school, 
dia menulis suatu ulasan tentang albino sparrow. Paper singkat ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak dan dianggap sebagai permulaan karir ilmiah yang brilian dari seseorang yang telah menulis lebih dari enam puluh buku dan beberapa ratus artikel.  Piaget telah diberi gelar sebagai seorang interaktionis sekaligus sebagai seorang konstruktivis. Ketertarikannya dengan prinsip pengembangan kognisi yang diangkat dari hasil perlakuan melalui training pada ilmu alam dan konsep epistimologi telah mengangkat dirinya menjadi ilmuan sejati. Dia sangat tertarik dengan pengetahuan tentang bagaimana anak-anak hadir untuk mengetahui dunia mereka. Dia mengembangkan teori kognitif dengan betul-betul mengamati perkembangan kognisi anak-anak (beberapa di antara anak tersebut adalah anaknya sendiri). Dengan menggunakan standar pertanyaan sebagai titik awal, dia mencoba mengikuti jalan pikiran anak-anak melalui training dan membuat pertanyaan-pertanyaan yang lebih fleksibel. 
Piaget percaya bahwa jawaban dan komentar anak-anak yang sifatnya spontan memberikan tanda untuk memahami jalan pikiran mereka.

Dia malah tidak tertarik dengan mengkaji jawaban benar-salah yang diberikan oleh anak-anak, tetapi bentuk-bentuk logika dan alasan yang digunakan dalam memberikan komentar itulah yang menjadi perhatian khusus. Setelah bertahun-tahun melakukan observasi, Piaget menyimpulkan bahwa perkembangan intelektual anak adalah hasil interaksi antara faktor bawaan sejak lahir dengan lingkungan di mana anak-anak itu berkembang. Anak-anak dapat berkembang secara konstan melalui interaksi dengan lingkungan di sekitar mereka sehingga pengetahuan dapat dibangun dan dikonstruksi kembali. 
 
Teori Piaget tentang perkembangan intelektual merupakan dasar dalam ilmu biologi. Ginn (2008) mengatakan bahwa Piaget melihat pertumbuhan kognitif sebagai suatu ekstensi dari pertumbuhan biologis dan diolah melalui prinsip-prinsip dan hukum yang sama. Piaget juga memandang bahwa perkembangan intelektual mengontrol setiap perkembangan aspek lain seperti emosi, sosial, dan moral. 

B. Pandangan Jean Piaget tentang Pengembangan Intelektual
 
Untuk dapat memahami bagaimana pandangan Piaget tentang pengembangan intektual, berikut ini akan dijelaskan dua kategori (1), tahapan-tahapan perkembangan intelektual dan (2) bagaimana cara anak itu belajar mengkonstruksi pengetahuan. 
 
1. Tahapan-tahapan Perkembangan Intelektual 
 
Piaget telah terkenal dengan teorinya mengenai tahapan dalam perkembangan kognisi. Piaget menemukan bahwa anak-anak berpikir dan beralasan secara berbeda pada periode yang berbeda dalam kehidupan mereka. Dia percaya bahwa semua anak secara kualitatif melewati empat tahap perkembangan seperti umur 0 - 2 tahun adalah tahapan pengembangan sensory-motor stage, tahap perkembangan sensori motor, umur 2 sampai 7 tahun adalah tahapan preoperational stage, umur 7 - 11 tahun adalah tahap concrete operation (Marxists, Setiap tahap mempunyai tugas kognitif yang harus diselesaikan. Pada tahap sensori motor, susunan mental anak hanya dapat menerima dan menguasai objek yang kongkrit. Penguasaan terhadap simbol terjagi hingga anak itu berada pada tingkat preoperational. Sedangkan pada tahap konkrit, anak-anak belajar menguasai pengelompokkan, hubungan, angka-angka, dan alasan dari mana semuanya itu diperoleh. Tahap terakhir adalah tahap penguasaan pikiran (Evans, 1973). 
 
2. Bagaimana Anak itu Belajar 
 
Suatu komponen terpenting dalam teori perkembangan intektual Piaget adalah melibatkan partisipasi murid. Artinya bagaimana murid mempelajari sesuatu sekaligus mengalami sesuatu yang dipelajari tersebut melalui lingkungan. Pengetahuan bukan semata-mata berarti memindahkan secara verbal, melainkan harus dikonstruksi dan bahkan direkonstruksi oleh murid. Piaget menyatakan bahwa anak-anak yang ingin mengetahui dan mengkonstruksi pengetahuan tentang objek di dunia, mereka mengalami dan melakukan tindakan tentang objek yang diketahuinya dan mengkonstruksi objek itu berdasarkan pemahaman mereka. Karena pengertian mereka terhadap objek itu dapat mengatur realitas dan tindakan mereka. Murid harus aktif, dalam pengertian bahwa murid bukanlah suatu bejana yang harus diisi penuh dengan fakta. Pendekatan belajar Piaget merupakan pendekatan kesiapan. Pendekatan kesiapan dalam psikologi perkembangan menekankan bahwa anak-anak tidak dapat belajar sesuatu sampai kematangan memberikan kepada mereka prasyarat-prasyarat. 
 
Kemampuan untuk mempelajari konten kognisi selalu berhubungan dengan tahapan dalam perkembangan intelektual mereka. Dengan demikian, anak yang berada pada tahapan dan kelompok umur tertentu tidak dapat diajarkan materi pelajaran yang lebih tinggi dari pada kemampuan umur anak itu sendiri. Pertumbuhan intelektual melibatkan tiga proses fundamental; asimilasi, akomodasi, dan aquilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi melibatkan penggabungan pengetahuan baru dengan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

Akomodasi berarti perubahan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya untuk mengakomodasi hadirnya informasi baru. Penyatuan dua proses asimilasi dan akomodasi inilah yang membuat anak dapat membentuk schema. Seperti yang dipahami dalam teori schema, istilah schema (tunggal) merujuk pada representasi pengetahuan umum. Sedangkan jamaknya schemata tertanam dalam suatu komponen atau ciri ke komponen lain pada tingkat abstraksi yang berbeda. Hubungannya lebih mendekati kemiripan dalam web dari pada hubungan hirarki. Artinya, setiap satu komponen dihubungkan dengan komponen-komponen lain 
 
Lebih jauh, yang dimaksud dengan equilibration adalah keseimbangan antara pribadi seseorang dengan lingkungannya atau antara asimilasi dan akomodasi. Ketika seorang anak melakukan pengalaman baru, ketidakseimbangan hampir mengiringi anak itu sampai dia mampu melakukan asimilasi atau akomodasi terhadap informasi baru yang pada akhirnya mampu mencapai keseimbangan (equilibrium). Ada beberapa macam equilibrium antara asimilasi dan akomodasi yang berbeda menurut tingkat perkembangan dan perbagai persoalan yang diselesaikan. Bagi Piaget, equilibrasi adalah faktor utama dalam menjelaskan mengapa beberapa anak inteligensi logisnya berkembang lebih cepat dari pada anak yang lainnya

C. Kesimpulan
 
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. 

Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the process by which a person takes material into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s mind or concepts by the process of assimilation” 
 
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
 
1.Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. 
 
2.Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. 
 
3.Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. 
 
4.Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. 
 
5.Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar