Rabu, 19 September 2012

Ber-Sains Ibarat Meramal_01


SIAPA bilang, urusan ramal meramal menjadi keahlian Ki Joko Bodo atau Mama Laurent saja? Sains juga ahli dalam hal ini. Cara dan medianya tentulah berbeda. Tidak perlu bola kristal, kartu tarot, garis tangan atau alat-alat aneh lain sebagai media ramal. Lebih banyak mengandalkan pensil, kertas, laboratorium atau komputer. Mungkin karena laku keras atau memang tuntutan profesi, banyak ahli sains mencoba peruntungan dengan menebak keadaan masa depan. Berbagai metode dari yang aneh sampai yang sungguh-sungguh ilmiah mulai dipraktekkan. Trend ini bukan berarti sebuah tuduhan bahwa sains mulai menyabotase lahan profesi paranormal. Perlu kita pahami bersama, urusan ramal meramal dalam sains bukanlah cerita baru. Praktek ini sudah jauh berabad-abad lalu di lakukan oleh sains. Sains sendiri mempertegas kajian ini dengan munculnya futurologi sebagai salah satu bagian kajian sains.
Apakah kita masih sama seperti sedetik lalu? Apakah kita bisa mengulang dengan tepat apa yang terjadi semenit sebelum ini? Dua pertanyaan ini tidak sekadar basa-basi. Mungkin perlu sedikit merenung untuk menjawabnya. Bagaimanapun juga, apa yang terjadi pada detik waktu sebelumnya pastilah berbeda dengan yang terjadi di detik ini. Kita saat ini secara tepat, bukanlah kita sedetik sebelumnya. Karena waktu mengiringi perubahan dan pergerakan yang terjadi pada partikel tubuh. Ada yang mati karena usang. Ada pula yang muncul karena pertumbuhan. Amatilah lidah Anda, Apakah bisa diam meski sejenak?
Di dalam otak kita, apa yang kita pikirkan juga senantiasa dinamis. Boleh-boleh saja kita mengulang apa yang sedetik tadi kita pikirkan. Namun, pasti ada sedikit yang berbeda. Lalu tengok sekeliling kita. Jika Anda berada di dalam ruangan, amati dengan teliti debu-debu yang menempel di lantai. Jika kita berada di taman, saksikan dengan cermat posisi daun-daun ketika tertiup angin. Sedikit atau banyak, pasti ada perubahan komposisi atau posisi. Baik itu kita sendiri, lingkungan, atau bahkan tanah yang kita pijak. Jika kurang yakin, berkendaralah menjauh dari Bumi. Lalu saksikan dengan antusias betapa ternyata rumah yang kita kira diam tak bergerak, ternyata berputar dengan cepat mengiringi perputaran Bumi.
Meski tanpa kita sadari, sebenarnya kita, bumi dan semua isi semesta ini masing-masing sedang dalam pergerakan. Saling bergerak satu terhadap lainnya. Dan konsekuensi dari gerak, tentu adalah perubahan. Perubahan itu bisa berupa tempat, isi, posisi, dan hingga perubahan bentuk. Dan ketika segala perubahan itu memiliki hubungan sebab-akibat dengan kita, maka tentulah terbesit sebuah minat untuk ingin tahu. Apa dan bagaimana keadaan kita ketika lingkungan berubah. Meski sebenarnya kita sendiri pun juga selalu berubah.
Lantas keinginan semakin menjadi untuk bisa mengendalikan perubahan itu demi kepentingan kita. Minimal kita bisa mengampil kesempatan tertentu dari perubahan itu. Dan satu-satunya jalan, agar perubahan menguntungkan bagi kita, adalah dengan mengetahui perubahan itu sebelum semuanya terjadi. Jadilah kita makhluk-makhluk yang haus akan pengetahuan masa depan. Kadang keinginan itu muncul sesaat lalu hilang begitu saja tanpa apa tindaklanjut. Di sisi lain terkadang kita begitu menggebu untuk mengetahui masa depan kita dan semesta ini. Karena siapa tahu, kita bisa mengantisipasinya untuk sebuah kepentingan khusus. Kekuasaan, kekayaan atau hanya pemenuhan rasa ingin tahu saja.
Mengintip keadaan masa depan memang sungguh membuat penasaran. Rasa-rasanya kita akan begitu hebat jika mengetahui segala sesuatunya lebih dahulu. Seolah kitalah sang penentu nasib. Alasan keinginan itu memang beragam. Dari sebuah alasan yang sangat sepele, seperti sekadar ingin tahu saja. Atau untuk sebuah alasan yang sangat serius. Misalnya demi menjaga kelangsungan hidup umat manusia di planet ini. Kalau-kalau Bumi ditelah bencana, kita bisa melakukan evakuasi sebelum terjadi. Nilai indeks saham yang meningkat, kita bisa memborong terlebih dahulu sebelum terjadi. Bisnis investasi juga mensyaratkan kemampuan ini. Andai saja kita tahu ini? Tahu itu? Tahu sebelum si anu? Tahu sebelum terjadi anu? Entah karena argumen berlatar ekonomi, sosial atau sekadar kepuasan batin, mengetahui keadaan masa depan tetaplah hiburan yang menyenangkan.
PERBEDAAN
Mengenai perbedaan model ramal antara paranormal (fortuneller) dan para futuris/ futurologis, tentu saja ada. Dipandang dari apa yang menjadi obyek ramalanya saja sudah berbeda. Paranormal lebih mengkhususkan diri pada permasalah individu. Hampir semua merupakan ramalan untuk para ”pasiennya”. Tentu saja disesuaikan dengan isi kantong pasien dan kemampuan memenuhi syarat yang diminta sang paranormal.
Siapa jodohnya kelak? Bagaimana kondisi keuangannya? Umur berapa tarikan nafas penghabisan dinikmati? Dan beragam pertanyaan lain yang meski terdengar aneh sekalipun. Lebih aneh lagi, semua pertanyaan aneh itu ternyata memiliki jawaban. Tak perlu pakai takaran apalagi pembuktian. Pokoknya apa yang dikatakan sang paranormal harus diakui kebenarannya. Jika dinalar, mungkin terasa mustahil. Tapi jangan salah, pasaran profesi ini tetap memiliki peminatnya sendiri. Soal percaya atau tidak, itu urusan pasien dan Anda.
Sedangkan bagi para futuris, apa yang mereka ramalkan lebih dari nasib seorang individu. Memang beberapa tokoh individu juga menjadi sasaran ramal para futuris. Biasanya terbatas pada figur-figur tertentu. Para pemimpin bangsa, tokoh pergerakan dunia, atau figur lain yang memiliki posisi sangat mencolok. Itu pun tidak sering. Objek ramalan para futuris tulen lebih menyangkut nasib kondisi global. Meliputi perkembangan teknologi, trend masyarakat global, keadaan alam di masa depan, krisis-krisis yang melanda dunia, dan semua perubahan orientasi para penduduk Bumi yang bersifat global.
Berbeda dengan paranormal yang memiliki kekuasaan mutlak atas hasil ramalannya, siapapun boleh protes atas hasil ramalan para futuris. Sepanjang memiliki data dan teknik analisa yang lebih mumpuni, maka bisa menolak hasil ramal sang futuris. Karena obyek ramalan juga bersifat global, maka para futuris dari berbagai disiplin ilmu boleh bertanding. Sesuai dengan kapasitas dan kemampuan mereka sebagai seorang ahli. Tentu saja, hasilnya boleh berbeda. Jika perlu dibicarakan bersama untuk mendapatkan hasil ramalan yang lebih akurat, lengkap, dan siap dalam segala kondisi.
Futurologi adalah disiplin ilmu tentang meramal masa depan berdasarkan perhitungan multi sudut pandang atas fenomena yang terjadi pada hari ini. Asal kata bisa ditinjau dari dua bahasa, yakni bahasa Perancis futur atau bahasa Inggris future yang keduanya berarti masa depan. Sains turut andil sebagai sudut pandang yang sangat mendominasi bagi ahli futurologi. Apa yang menjadi pembicaraan futuris selalu tentang masa depan. Ribuan orang bergabung dalam komunitas-komunitas futuris dengan semangat optimis karena perkembangan menakjubkan dari sains.
FUTUROLOGI
Catatan pasti kapan futurologi dimulai, sulit untuk di deteksi. Namun setidaknya futurologi sudah dimulai di Cina, 1000 tahun sebelum masehi, pada masa Dinasti Zhou. Media yang mereka gunakan adalah heksagram Yi Jing (Kitab Perubahan) yang dianggap bisa mewakili pola dasar perubahan alam. Objek ramalannya bervariasi. Dari prediksi pergantian musim hingga peperangan.
Sejarah menyebutkan di Italia gerakan futurisme diproklamirkan pada tahun 1909 oleh seorang penyair Italia, Filippo Tommaso Marinetti. Awalnya gerakan ini murni gerakan seni Italia, kemudian masuk ke wilayah lain seperti budaya, komunikasi, ekonomi, permesinan, seni grafis, industri, politik dan tentu saja sains. Kemunculan gerakan ini juga sebagai reaksi dari perang dunia I dengan tujuan meninggalkan kenangan pahit, nostalgia dan melepaskan nilai-nilai lama. Aksi-aksi dari gerakan ini dilakukan dengan sering berkumpul, menuliskan manifesto, puisi dan musik. Untuk kepentingan tertentu, gerakan ini akhirnya disusupi paham fasisme. Sejak itulah gerakan ini semakin berkembang dan keluar dari wilayah seni.
Ramalan tentang sains dan teknologi pernah mencuat pada 20 Februari 1909. Seorang futuris meramalkan tentang kemungkinan munculnya mobil dan pesawat terbang sebagai penjelmaan baru dari mesin-mesin, dalam surat kabar Perancis, “le Firago”. Banham dalam karyanya “Theory and Design in the First Machine Age” telah memberikan inspirasi bagi futuris pelukis, penyair dan arsitek, seperti Filippo Tommaso Marinetti, Giacomo Balla, Gino Severini, Fornunato Depero, Carra, dan Antonio Sant’Elia untuk menciptakan dunia baru mereka melalui karya-karyanya. Modernisme dan revolusi industri dipercaya juga terpengaruh oleh gerakan futurisme ini.
Versi lain mengatakan istilah futurologi meroket ketika Alfin Toffler menyentakkan dunia dengan argumen populernya “The Future Shock” di tahun 1970-an. Istilah ini tergolong baru dan sempat menimbulkan kotroversi. Bisa jadi karena ada kaitannya dengan urusan ramalan, buku itu pun laku keras. Sempat menjadi best seller karena keberaniannya meramal nasib bumi dengan basis sains dan teknologi. Kita bisa seketika merasa diri asing saat tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi yang begitu pesat. Tidak harus memiliki, namun perlu mengenal. Anda tidak bisa mengatakan tidak setuju, karena hal ini memang sudah terjadi. Terus terang pada saat itu, sebagian warga AS sempat mengalami disorientasi dan stress karenanya.
Majalah Newsweek edisi tahun 2002, dalam ulasan Fred Guterl menyebutkan futurologi lahir sebagai anak dari era perang dingin. AS menanggapi pesatnya disiplin ilmu baru futurologi secara serius, dengan menyediakan laboratorium riset militer yang berbagi bersama berbagai ilmuwan dari banyak disiplin ilmu. Awalnya digunakan untuk menganalisa secara matematis tentang perkembangan militer Rusia. Seberapa cepat Rusia bisa membangun sebuah kapal selam baru? Adalah salah satu pertanyaan yang perlu di jawab dengan analisa matematis. Selain pertanyaan-pertanyaan seperti, skenario apa yang berlaku pada dunia era pasca perang nuklir? Sebuah yayasan bernama Institut Riset Stanford melakukan penelitian khusus tentang tren transportasi di masa depan.
Masa kejayaan para futuris memang tidak bertahan lama. Banyak ramalan-ramalan yang mereka buat ternyata kurang tepat sehingga bara optimisme perlahan mulai meredup. Tak sedikit dari para futuris melakukan ramalan-ramalan serampangan tanpa perhitungan matematis yang teliti. Munculnya bayi pertama yang lahir di planet buatan pada tahun 2000, jatuhnya kerajaan Arab Saudi persis dengan scenario jatuhnya Shah Iran, kemampuan manusia untuk memanupulasi tidur sehingga menjadi sebuah kegiatan yang produktif, kolonisasi di Mars, kemungkinan menepouse bagi pria adalah beberapa dari ramalan “tidak masuk akal” para futuris yang gagal. Kini para futuris dari kalangan sains dan ekonomi-lah yang lebih mendapat tempat. Itu pun hanya bagi mereka yang bermodal perhitungan matematis yang tepat dan terlibat cukup serius dengan serangkaian inovasi-inovasi dalam perkembangan sains dan teknologi.
Futurologi memang berbasis sains. Sains dianggap mewakili pola dasar perubahan alam dan penghuninya. Banyak negara, perusahaan bahkan personal telah menginvestasikan dana dalam jumlah yang sangat besar untuk mengendalikan masa depan melalui kacamata sains. Berbagai kejadian di alam ini bisa ditelusuri dan akhirnya berpangkal pada sains. Iklim yang berubah-ubah karena penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan merupakan imbas teknologi produk sains. Hubungan antar manusia yang berubah secara revolusioner sejak ditemukannya internet dan satelit juga karena hasil penyelidikan sains. Sistem tata kota, bangunan, makanan, busana, pekerjaan, cara menikmati hiburan dan wabah-wabah penyakit aneh, tak lain dan tak bukan adalah imbas teknologi karena berkembangnya sains.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar