Rabu, 18 Juli 2012


Jangan Menolak Perubahan

January 31, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: 2. Inspirasi 
Jangan menolak perubahan. Menerima perubahan sebagai salah satu prasyarat dalam hidup anda untuk pencerahan spiritual. Sebuah sikap mental yang positif mengabaikan banyak hal yang terjadi dan melihat gambaran keseluruhan dari apa yang berkembang dalam kehidupan anda.

Memaknai Galungan secara Benar

January 31, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: 1. Apresiasi 
BALI, 31 Januari 2012 (Bali Post) :
Rabu besok, 1 Februari 2012, masyarakat Hindu di Bali akan merayakan hari raya Galungan. Karena berulang setiap enam bulan sekali, kesannya seperti rutitas saja. Tetapi tentu dari segi pemaknaan, kita tidak boleh memandang sebagai rutinitas belaka. Secara sosial, pemahaman Galungan sebagai hal yang bersifat rutin sangat berbahaya karena pesan yang dimaknakan dalam hari tersebut akan jauh menyimpang. Pemahaman akan Galungan sebagai hal yang bersifat rutin akan membuat manusia Hindu (Bali) sekadar membuat penjor, mempersiapkan makanan atau sekadar datang ke pura saja. Setelah itu selesai karena hal yang bersifat rutin sudah dikerjakan, untuk selanjutnya begitu lagi terulang enam bulan berikutnya. Sekali lagi, ini berbahaya. Padahal, makna hari raya Galungan adalah merayakan kemenangan dharma melawan adharma, kemenangan kebaikan melawan keburukan, kebenaran melawan ketidakbenaran. Itu yang harus dimaknai secara mendalam. Artinya, kebenaran atau kebaikan itu harus kita refleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita mampu memaknai Galungan dengan cara demikian, pengaruhnya sangat luas. Katika kita bekerja keras melaksanakan pekerjaan kita utuk mencapai tujuan yang benar, itu juga sebuah kebaikan dan kebenaran. Agama selalu mengajarkan dan memberi petunjuk kepada kita untuk bekerja keras berada dalam jalur yang benar. Galungan, dengan demikian, juga bisa kita maknai sebagai patokan untuk berperilaku.
Jika kita memaknai Galungan secara benar, tidak akan mungkin orang berperilaku koruptif karena perilaku itu bukanlah hal yang benar dan baik. Bagi seorang pelajar, pemaknaan Galungan jelas menciptakan kerja keras untuk mencapai cita-cita, dan kejujuran (tidak curang dalam ujian), rajin bersekolah dan taat akan peraturan institusi pendidikan yang ada. Semua ini adalah perilaku-perilaku yang benar dan baik.
Yang kita khawatirkan sekarang, justru yang terjadi sebaliknya. Di tengah kompetisi hidup yang begitu ketat, banyak yang tidak memahami arti Galungan sehingga perilaku hidupnya banyak yang menyimpang. Orang tidak lagi mengindahkan tata krama hidup, sehingga kestabilan sosial menjadi terganggu. Ini akibat pemaknaan hari raya yang salah. Barangkali penyimpangan-penyimpangan sosial yang terjadi diakibatkan oleh pemaknaan Galungan yang sekadar rutinitas belaka. Itulah yang kita lihat mengkhawatirkan belakangan ini.
Kita lihat ada anggota masyarakat yang jor-joran membuat penjor, saling berlomba untuk membuat penjor yang mahal sehingga aksesorisnya justru kacau. Atau mereka juga jor-joran memakai pakaian mahal ke pura sehingga mirip kontes pakaian adat. Sekali lagi kita tekankan, jika memang terjadi hal seperti ini, segeralah hentikan segala yang berbau jor-joran tersebut karena itu bukan memperlihatkan makna Galungan yang sesungguhnya. Perilaku jor-joran ini tidak baik, tidak benar, dan justru menimbulkan potensi konflik. Ini sungguh merugikan bagi masyarakat Bali.
Kita menginginkan pelaksanaan upacara yang sederhana tetapi menyentuh makna yang terdalam. Dengan demikian, hari raya Galungan mempunyai pesan yang sangat universal. Ia tidak saja bisa dipelajarai dan dihayati oleh mereka yang beragama Hindu (di Bali) tetapi juga oleh agama-agama lain di berbagai belahan dunia ini. Seperti juga halnya hari raya Nyepi, di mana kini telah disadari bagaimana pentingnya kita mengekang kelobaan diri di zaman yang serba cepat ini, dengan hari raya Galungan kita ditekankan untuk selalu berbuat baik dan benar, tidak membuat konflik, tidak membuat gaduh dan selalu memberikan inspirasi positif kepada masyarakat.
Kita juga diingatkan bahwa untuk menjadi manusia baik itu memerlukan perjuangan dan kerja keras. Itulah barangkali yang membuat kita setiap enam bulan selalu diingatkan untuk merayakan hari raya Galungan.
Mari lindungi diri kita dari perilaku-perilaku yang jahat agar hidup selalu bisa dinikmati dengan kualitas yang lebih baik.

Membumikan Simbol Galungan pada Tataran Sosial

January 31, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: 1. Apresiasi 
BALI, 31 Januari 2012 (Bali Post) :
Oleh I Gusti Ketut Widana
Apa pun yang namanya simbol adalah sebatas alat, piranti atau media komunikatif, informatif sekaligus imperatif (ajakan) untuk bagaimana menyingkap makna di balik simbol itu lalu mengimplementasikannya ke dalam bentuk perilaku. Pada level teoretis, simbol adalah semacam tanda atau penanda yang menggerakkan pikiran untuk tidak semata-mata berhenti pada tingkatan pengetahuan, tetapi lebih penting lagi mewujudnyatakannya ke dalam tataran perilaku, yang oleh Mead dalam Ritzer (2007) dikatakan ada dua (2) jenis, yaitu perilaku lahiriah (yang sebenarnya) dan perilaku tersembunyi (simbol dan makna).
Dalam konteks Galungan, korelasi perilaku lahiriah yang tampak menonjol masih bergerak di seputaran perilaku tersembunyi lewat prosesi ritual yang harus diakui masih stagnan konseptual, dan belum mantap terekspresi ke dalam konteks perilaku unggul di tataran sosial. Padahal filosofi Galungan itu sendiri sarat simbol signifikansi, yang seharusnya mampu menstimulus umat Hindu untuk terus berjuang menegakkan dharma agar tidak hanya menang di saat Galungan saja, sementara keseharian hidupnya begitu akrab dengan semangat adharma. Maka tidak salah jika dikatakan, praktik ritual Galungan sejatinya baru mencapai tahapan sidhakarya karena mampu melaksanakannya hingga selesai. Sedangkan pencapaian tujuan (sidhaning don) masih jauh dari harapan.
Tujuan dimaksud adalah tatkala ekspresi simbolik ritualitas bergerak dinamik membangkitkan solidaritas sosial (kolegial, komunal), lalu meningkat ke arah perbaikan mental (menjadi lebih positif, konstruktif), makin tumbuhnya akhlak bermoral (berbudi pekerti luhur) dan memuncak pada pencapaian kesadaran spiritual (sadar akan jati diri). Hal ini sejalan dengan pandangan Blumer (2008), salah satu tokoh teori interaksionisme simbolik, dikatakan bahwa manusia adalah aktor yang sadar dan reflektif, yang menyatukan objek-objek yang diketahuinya melalui apa yang disebut self indication, yaitu proses komunikasi (lewat simbol) yang sedang berjalan di mana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna dan memikirkan untuk berperilaku berdasarkan makna itu.
Korelasi Positif
Dengan demikian, aktivitas ritual, termasuk Galungan akan mempunyai korelasi positif dengan peningkatan kualitas umat, tidak semata-mata dalam konsep sraddha bhakti, tetapi lebih diharapkan lagi makin membumi ke dalam bentuk perilaku unggul, mulia dan berguna bagi kepentingan bersama di tengah masyarakat. Bagaimana pun, seperti dikatakan Groome (2001), agama dengan praktik ritualnya sesungguhnya merupakan proses yang mengatur umat untuk memasuki suatu kehidupan yang bukan telah mapan, tetapi yang harus masih dibentuk lagi oleh umat itu sendiri. Sehingga tujuan akhir hidup berkeagamaan adalah terjadinya perubahan tepatnya perbaikan diri, mulai dari yang mula-mula menyentuh ranah pengetahuan (kognitif) lalu meningkat ke pembentukan sikap (attitude) dan akhirnya mengejawantah di kancah perilaku unggul (psikomotorik).
Mengaitkannya dengan konsep Tri Kerangka Agama Hindu, dapat digambarkan, hakikat ritual sebenarnya tidak lebih sebagai simbolisasi tataran filosofis (tattwa) ke dalam praktik yadnya (upacara) yang diharapkan terimplementasi ke dalam tatanan etika (susila). Ibarat tumbuhan, elemen tattwa (substansi ajaran) itu adalah pohonnya, praktik upacara/ritual (unsur materi) adalah bunganya, sedangkan bagian susila/etika (esensi) adalah buahnya.
Dalam konteks Galungan, secara filosofis telah mengamanatkan kemenangan dharma atas adharma, lalu bagaimana realitas sosialnya, mengingat makin banyaknya terjadi perilaku umat Hindu (Bali) yang mendekonstruksi tataran konsep. Mulai dari perusakan alam lingkungan lewat eksplorasi dan eksploitasi sumber daya hayati demi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk kepentingan investasi ekonomi, meski harus mengalahkan kelestarian ekologi. Lalu kian merebaknya konflik sosial-adat menyangkut persoalan yang bersinggungan dengan pura, laba, setra, mandala, wangsa, dan krama. Belum lagi terkait persoalan atau kasus kriminal yang makin lazim dilakoni krama Bali (Hindu), dari tindak kekerasan, perkelahian, pemerkosaan, pencurian (termasuk pratima) sampai ke tingkat pembunuhan.
Padahal menurut Gandhi, filosof besar Hindu, ”keberagamaan kita seharusnya meliputi segenap kehidupan yang tercermin pada setiap perilaku kita. Agama, dengan praktik keagamaannya, termasuk dengan cara ritual (yadnya) bukanlah semacam sektarianisme yang membiarkan diri kita terkungkung ke dalam batas-batas simbolik semata”. Akan tetapi pada kenyataannya, disadari atau tidak, praktik ritual yadnya tak terkecuali Galungan, tampaknya telah ”memenjarakan” Tuhan sebatas simbolisasi nyaris tanpa internaliasi makna yang sepatutnya kemudian terekspresi ke dalam bentuk perilaku-perilaku ‘’sadar diri”, seperti melaksanakan ritual Galungan dengan kebersahajaan, bebas dari segala bentuk pesta (miras, bazar ala kafe, dan judi), memeragakan perilaku hidup manyama braya, selalu bersikap sopan-santun dalam pergaulan, menumbuhkembangkan mental positif (disiplin, etos kerja tinggi), mematuhi etika kesusilaan, menaati norma-norma (hukum dan agama) dan mereflkeksikan kesadaran spiritual dalam bentuk kesadaran sosial dengan selalu berusaha membuat senang dan bahagianya orang lain: gumaweaken sukanikanang wong len.
Penulis, dosen Unhi Denpasar

Musibah Lampung : Gelar ”Pacaruan” di Tapal Batas

January 31, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
LAMPUNG, 31 Januari 2012 (Bali Post) :
Masyarakat Banjar Sukaraharja, Dusun Napal, Desa Sidowaluyo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, Senin (30/1) kemarin menggelar prosesi pacaruan manca di empat penjuru tapal batas wilayah. Upacara ini dilakukan pascakerusuhan yang menghanguskan puluhan rumah di desa tersebut.
Upacara ini dilakukan agar ibu pertiwi sebagai penyangga bumi memberikan berkah kesucian lahir batin. Demikian juga Ida Hyang Shiva Jagatnata sebagai penguasa alam meruwat segala radiasi dan vibrasi buruk supaya lokasi Dusun Napal kembali seperti sedia kala; suci nirmala.
Selain di tapal batas, di pekarangan masing-masing keluarga yang terkena musibah juga melaksanakan pacaruan yang sama. Hanya upakaranya setingkat peras pejati.
Terkait perayaan Galungan, Rabu besok, warga yang rumahnya di dekat jalan terutama yang terkena musibah tidak membuat penjor. Sedangkan warga yang bertempat menjorok ke dalam dan tidak terkena bencana, ada juga yang membuat penjor.
Klian Adat Banjar Sukaraharja Wayan Suardana menyatakan tidak mewajibkan semua warganya mamenjor. ”Tidak ada keharusan semua warga mamonjor pada perayaan Galungan saat ini. Walau demikian, tidak juga mengurangi sujud bakti kami kepada Hyang Widhi,” ujar Wayan Suardana.
Ketua PHDI Kecamatan Sidomulyo Wayan Gunawan juga menyatakan penghormatan kepada Tuhan atas kemenangan dharma melawan adharma saat Galungan ini tetap diapresiasi warga. Hanya bentuknya sedikit berbeda karena situasi dan kondisi tidak mendukung. ”Kami tetap sujud bakti kepada Ida Hyang Widhi. Tuhan Mahapemurah dengan cara apa pun menghadap Beliau, asalkan dengan tulus dan ikhlas serta kerendahan hati, Beliau pasti menerima. Dalam kondisi begini, model pendekatan ini kami prioritaskan,” tandas mantan anggota DPRD Provinsi Lampung ini.
Sementara prosesi upacara macaru tidak menggunakan Sulinggih. Pihaknya memaksimalkan delapan Jro Mangku yang biasa ngayah di Pura Puseh, Penataran, Prajapati dan Pura Dalem di Banjar Sukaraharja. Jro Mangku itu antara lain Jro Mangku Astawa dan Jro Mangku Made Karuna. Setelah sehari sebelumnya membagi-bagi uang Rp 100 juta, kata Wayan Gunawan, warga juga mendapatkan dana batuan lagi dengan rincian 60 berbanding 40. Artinya, warga yang menderita kerusakan parah mendapat Rp 1 juta, dan lainnya Rp 400 ribu, bantuan lainnya seperti mi intsan, sembako beras, minyak, perlengkapan mandi, dll. juga telah dibagi-bagikan.
Walaupun masing-masing warga telah menerima bantuan sembako, jika ingin makan di dapur umum tidak dilarang. Bantuan dapur umum tetap dibuka.
Ibu Lilis yang bertanggung jawab di bagian dapur umum mengatakan pihaknya rata-rata memasak beras 50 kg sehari. Diakui pula, setiap hari nyaris memasak mi instan, sarden dan sayur buncis. ”Posko buka 24 jam. Makanan selalu tersedia, tidak pernah kehabisan stok,” ujar Ibu Lilis. (*)

Galungan : Miras dan Jalur Mudik Diawasi Ketat

January 31, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
SINGARAJA, 31 Januari 2012 ( Bali Post) :
Jajaran Polres Buleleng menyiagakan personel di sejumlah titik secara lebih ketat pada saat menjelang dan perayaan hari raya Galungan di Buleleng. Ini dilakukan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan kepada masyarakat Buleleng saat melaksanakan persembahyangan, termasuk melakukan antisipasi terhadap tindak kriminal.
Kabag Ops. Polres Buleleng, Ida Putu Wedanajati, Senin (30/1) kemarin, mengatakan pengamanan secara lebih ketat dilakukan agar perayaan hari raya Galungan di Buleleng tidak dinodai dengan hal-hal yang bernuansa kekerasan dan kriminalitas. Untuk itu, dalam rangkaian pelaksanaan hari raya Galungan dan Kuningan, jajaran Polres Buleleng juga melakukan penertiban terhadap peredaran minuman keras (miras) yang menjadi pemicu berbagai tindak kriminalitas dan aksi kekerasan.
Menurutnya, kekuatan personel polisi disiagakan di Mapolres Buleleng termasuk di setiap Mapolsek. Selain melakukan pengawasan peredaran miras, juga dilakukan patroli dan pengawasan di setiap wilayah. “Kegiatan ini dilakukan secara terpadu termasuk melakukan sinergi dengan sejumlah tokoh masyarakat,” katanya.
Sementara itu, untuk mengantisipasi padatnya arus mudik dari arah Bali Selatan menuju Buleleng menjelang Galungan dan setelah Galungan, jajaran Satlantas Polres Buleleng akan melakukan pemantauan di sejumlah titik yang dilalui para pemudik yang hendak ke Buleleng. Selain melakukan pemantauan penambahan personel di lapangan pun dilakukan demi memberikan pelayanan maksimal agar arus lalu lintas tidak semrawut.
Titik jalur mudik yang kini dipantau ketat yakni di jalan utama Singaraja-Denpasar tepatnya di kawasan puncak di Desa Wanagiri Kecamatan Sukasada, jalur utama Singaraja-Kintamani (Bangli), dan termasuk ruas jalan di tengah Kota Singaraja yakni di Jalan Diponegoro.
KBO Satlantas Polres Buleleng, Iptu I Wayan Parta, mengatakan arus lalu lintas yang juga perlu diwaspadai yakni jalur utama Singaraja-Denpasar tepatnya di Desa Gitgit hingga Desa Wanagiri. Di jalur ini biasanya terjadi kepadatan lalu lintas menjelang dan setelah hari Galungan. Apalagi di daerah itu kerap terjadi kabut tebal yang bisa mengganggu pandangan pengendara. “Kepada para pengguna jalan hendaknya selalu menghidupkan lampu ketika melintasi jalur yang penuh dengan tikungan dan turunan tajam itu,” katanya. (kmb15)

Tertimpa Pohon Palinggih Pura Subak Yehembang Roboh

January 31, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
NEGARA, 31 Januari 2012 (Bali Post) :
Bale Piasan dan palinggih Dewa Ayu Pura Ulun Danu Subak Yehembang hancur tertimpa pohon besar. Pohon tercabut dari tanah diduga akibat angin kencang akhir pekan lalu. Puluhan krama Subak Yehembang, Desa Yehembang Kangin, sepekan ini disibukkan ngayah memperbaiki pura yang berada di tengah hutan Yehembang tersebut. Sejumlah krama Subak Yehembang, Senin (30/1) kemarin mengatakan hancurnya bale piasan dan palinggih itu baru diketahui pada Kamis (26/1) lalu saat salah seorang krama hendak tangkil ke pura di dekat Bendungan Nusamara itu.
Puluhan krama yang mengetahui hal itu langsung ke lokasi membersihkan reruntuhan dan memotong pohon yang melintang di tengah pura seluas sepuluh are tersebut. Selain bale piasan dan palinggih Dewa Ayu Ulun Danu, juga bangunan Taksu, Surya serta Lembu juga mengalami kerusakan. Wakil Klian Subak Yehembang Gede Suardika ditemui kemarin membenarkan kejadian itu. Pura Ulun Danu itu sangat penting bagi Subak Yehembang sebagai simbol astiti bnakti sumber segala sesuatu yang berasal dari sumber air. Pura tertimpa pohon yang berada di sisi timur diduga akibat angin kencang pekan lalu. ”Akar pohon itu tercerabut dan ambruk, bagian atas pohon besar inilah yang menimpa pura hingga rusak,” tukas Suardika.
Pihak subak, menurutnya, telah melaporkan musibah itu pascakejadian kepada pihak Desa Yehembang Kangin dan Satpol PP Kecamatan Mendoyo. Dengan kondisi ini, krama ke depan dalam menerapkan Tri Hita Karana dalam organisasi subak akan fokus pada parahyangan untuk pembangunan kembali pura tersebut. Akibat bencana ini, kerugian fisik mencapai Rp 40 juta. Para pengurus subak secara niskala telah membuat Sanggar Tawang untuk palinggih sementara dan upacara guru piduka.
Di Tengah Hutan
Lokasi pura tersebut jauh berada di tengah hutan lindung dekat dengan mata air yang merupakan sumber air bagi Subak Yehembang. ”Sekitar 30 krama berjalan melintasi sungai untuk memperbaiki pura tersebut, kami berharap ada bantuan untuk perbaikan ini selain memang dari subak akan memperbaikinya,” tandasnya.
Pihak subak juga berharap kepada Kehutanan agar bisa membantu adanya satu pohon besar dan tua yang masih berada di dekat pura. ”Laporan tertulis baru kita akan buat, tetapi kita sudah melaporkan ke Pemkab Jembrana,” tambahnya.
Di sisi lain, Sekretaris Kecamatan Mendoyo Dewa Ary Chandra mengatakan, terkait bencana itu pihaknya telah menerima laporan secara lisan dan telah memantau. Namun untuk laporan tertulis belum ada dari desa. ”Setiap ada bencana kami langsung koordinasikan ke pemkab untuk pendataan. Seperti korban banjir di Yehembang pekan lalu diberikan bantuan sembako dan bahan darurat oleh Bupati.” (kmb26)

Penampahan Galungan Warga Pandak Gede Potong 15 Ekor Kerbau

January 31, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
TABANAN, 31 Januari 2012 (Bali Post) :
Warga Desa Pandak Gede, Kediri, Tabanan memiliki tradisi yang beda mejelang Galungan. Memasuki hari penampahan, mereka memotong ternak kerbau sebagai pelengkap upacara. Tak tanggung-tanggung, total kerbau yang dipotong mencapai 15 ekor.
Tradisi unik itu merupakan warisan turun-temurun. Yang menarik, daging kerbau tak hanya digunakan warga setempat, melainkan dipesan olah sejumlah warga dari luar Tabanan, seperti Jembrana, Denpasar dan Gianyar. Proses pemotongan kerbau digelar mulai pagi hari. Biasanya dibuat berkelompok. Satu kelompok rata-rata memotong satu ekor kerbau. Dagingnya dibagi menjadi 96 ponjok, atau sekitar 5 kilogram. Yang unik, daging ini terdiri atas seluruh organ, mulai daging, kulit hingga tulang. “Ini sudah menjadi tradisi, setiap penampahan, kami memotong kerbau,” kata Jro Mangku Sumerta, salah satu pemotong kerbau asal Banjar Pangkung, Desa Pandak Gede, Senin (30/1) kemarin.
Tradisi ini, kata Jero Mangku Sumerta, mulai marak sekitar tahun 1940. Warga setempat memilih memotong kerbau ketimbang sapi. Alasannya, sapi adalah binatang yang dianggap keramat dan suci. Sapi juga membantu petani menggarap sawah. Hingga sekarang, warga akan pusing dan jatuh sakit ketika nekat memakan daging sapi.
Jero Mangku Sumerta menuturkan, satu ekor kerbau dipotong bersama 10 orang. Mereka bergotong royong menyembelih hingga membaginya. Satu ponjok daging kerbau dijual seharga Rp 150.000, ada juga yang menjual Rp 200.000. Galungan kali ini harga kerbau naik dari Rp 9,5 juta menjadi Rp 10,5 juta per ekor. Ternak kerbau didatangkan dari Penebel, Tabanan. “Setiap Galungan, harga kerbau naik terus,” tegasnya.
Para pemotong kerbau di Pandak Gede juga terus bertambah setiap Galungan. Sebab, pemesan dan pelanggan daging kerbau juga bertambah. Tradisi potong kerbau ini, kata Jro Mangku Sumerta, akan terus dilestarikan.
Meski memotong kerbau, warga juga tetap mengikuti tradisi memotong ternak babi. Bedanya, mereka memotongnya lebih awal. (udi)

Mudik Galungan Warga Nusa Penida Serbu Pelabuhan Tradisional Kusamba

January 31, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
SEMARAPURA, 31 Januari 2012 (Bali Post) :
Ratusan warga Nusa Penida yang ingin menikmati musim liburan hari raya Galungan di kampung halaman, menyerbu pelabuhan tradisional di Kusamba, Dawan, Klungkung, Senin (30/1) kemarin. Ratusan penumpang berebutan naik ke sampan begitu terdengar arahan petugas agar penumpang naik ke sampan. Kendati, mereka menyadari akhir-akhir ini cuaca sedang tidak bersahabat.
Ratusan penumpang marangsek naik ke sampan dengan alasan takut jika nantinya kelebihan penumpang dan sebagian dari mereka diminta turun. Di tengah cuaca buruk seperti sekarang, tentu mereka khawatir ketika diturunkan terus penyeberangan berikutnya ditutup karena gelombang tinggi. Hal itu jelas menghalangi keinginan mereka untuk merayakan Galungan bersama keluarga. ”Karena terjadi antrean panjang menuju Pelabuhan Padangbai, Karangasem (kapal roro – red) membuat kami lebih memilih menumpang sampan,” ujar seorang penumpang, Dewa Nyoman Rai.
Sementara itu, pihak pelabuhan sebagaimana disampaikan Gusti Ngurah Sudiarana menyiapkan beberapa sampan tambahan untuk mengantisipasi membeludaknya penumpang yang memnggunakan jalur laut. Berdasarkan pantauan hingga siang kemarin, masih terlihat banyak penumpang yang memesan tiket untuk keberangkatan sampan berikutnya.
Harga Bunga Meroket
Sementara itu, hari raya Galungan dan Kuningan juga membuat kebutuhan masyarakat akan bunga meningkat. Di pihak lain, saat ini musim penghujan yang membuat panen bunga tidak sebanyak biasanya. Bunga juga banyak yang busuk dan bunganya tidak banyak. Membuat harga bunga, khususnya bunga pacah meroket. Harga bunga pacah dari awalnya Rp 2 ribu per kilogram naik hingga Rp 40 ribu per kg. ”Musim hujan membuat tanaman bunga tidak berbunga dalam jumlah banyak, sehingga stok bunga sedikit. Sedangkan kebutuhan banyak, sehingga harga menjadi mahal,” ujar seorang petani bunga pacah, Dewa Biyang Rumini.
Dikatakannya, menjelang Galungan harga bunga memang selalu meningkat dibanding hari biasa. (kmb20)

Visiting the Ancient Pallava Cave Temples

January 31, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Source: http://www.thehindubusinessline.com/features/life/article2834106.ece?homepage=true&css=print
SEEYAMANGALAM, TAMIL NADU, INDIA, January 27, 2012 (The Hindu):
“It is rare to find people from the city interested in a small village like ours,” she says, as I explain that I am in Seeyamangalam, 80 km from Chennai, with friends to visit some of the ancient cave temples, built by the Pallava king Mahendravarman I in the 7th century, long before the dynasty’s Mahabalipuram monuments were built.
The originally built temple was extended by the Cholas and Vijayanagar kings, who also added the gopurams. Called Avanibhajana Pallaveshwaram, Avani being a title of Mahendravarman I, the temple has one of the earliest interpretations of the Ananda Thandava, or Nataraja, posture of Shiva carved on one of the pilasters. Balaji points out that the sculpture’s expression is unlike any seen in the Nataraja sculptures of the 10th-century Chola period; there are two shiva ganas (attendants) — one playing a mrindangam and the other praying with folded hands. “Technically, this is not yet a Nataraja,” says Arvind.
For the balance of this interesting story, click source above.

Rutgers University Takes Students to Vrindaban

January 31, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Source: http://www.news.vrindavantoday.org/2012/01/rutgers-study-abroad-program-at-jiva-institute/
VRINDAVAN, INDIA, January 7, 2012 (vrindavantoday.org):
A group of 33 undergraduate students from Rutgers University in New Jersey, USA, is enjoying a Christmas break at the Jiva Institute of Vedic Studies in Sheetal Chaya. The program is a part of Rutgers’ University Study Abroad program, which gives these America students the opportunity to get an authentic cultural experience in Vrindavan under the guidance of Jiva Institute director, Dr. Satya Narayan Das Maharaj. The 3-credit introductory course in Hinduism lasts three weeks. The students spend three hours each morning covering the academic component of the course, which primarily consists of a historical study of the philosophical and religious traditions of India, with a particular focus on the devotional traditions that typify Hinduism.
Besides that, they have also been getting guided tours to the temples and holy places of the region, instruction in the religious art, iconography, song, dance, and other cultural and aesthetic expressions of Hinduism typical of the area, as well as exposure to temple worship, pilgrimage, and myriad other forms of devotional practice. Program coordinator Robert Lindsey said, “The students have already done Parikrama of Vrindavan and Govardhan Hill, visited Radha Kunda, and the Taj Mahal in Agra,” he said, “but still have boat trips along the Yamuna River and the Mathura Museum and Krishna’s birthplace left to see.” Daily yoga and music classes are also being offered as are opportunities for Ayurvedic consultations, kirtan, and cow service.
Himanshu P. Shukla, Chairman of the Advisory Committee for the Rutgers’ Summer Hindu Studies Program and one of its chief initiators, visited Jiva Institute yesterday and talked with the students and teachers to assess its benefits. He said that the potential for such programs is especially great in religious studies because it greatly expands the feeling for the environment in which the religion is a living, breathing reality. “We have been organizing these courses in India since 2006,” he said, “and they are becoming more and more popular. There is a high level of interest at Rutgers since there are approximately 5,000 students of Indian origin enrolled there. This gives them a chance to connect with their roots in a novel way. About one quarter of this group is of Indian background. But as you can see, there are many other students from other backgrounds, and we hope to attract those who are becoming interested in interfaith disciplines in New Jersey.” Noted scholar of Hinduism at Rutgers, Prof. Edwin Bryant, is also an enthusiastic supporter of the project. A frequent visitor to Jiva Institute and Vrindavan, he recognizes the great value of such cultural exchanges.

Siapakah Aku? Dari Mana Aku Berasal?

January 30, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: 4. Menari Bersama Brahman 
Para Rishi Veda menyatakan bahwa sejatinya kita bukanlah tubuh, pikiran atau perasaan kita. Kita adalah jiwa suci dalam suatu perjalanan yang menakjubkan. Kita datang dari Brahman, hidup dalam Brahman dan berkembang menuju keesaan Brahman. Kita ada di dalam kebenaran, Kebenaran yang kita cari-cari.
Kita adalah jiwa-jiwa abadi yang hidup dan berkembang di sekolah besar pengalaman duniawi di mana kita telah hidup dalam banyak kehidupan. Rishi Veda telah memberi kita keberanian dengan mengatakan kebenaran sederhana, “Brahman adalah Hidup dari hidup kita.” Seorang guru besar membawa ini lebih jauh dengan mengatakan, ada satu hal yang Brahman tidak bisa lakukan: Brahman tidak bisa memisahkan diri-Nya dari kita. Karena Brahman adalah hidup kita. Brahman adalah hidup pada burung. Brahman adalah hidup pada ikan. Brahman adalah hidup pada hewan-hewan. Menyadari akan energi Hidup ini pada semua makhluk hidup adalah selaras dengan menyadari kehadiran kasih Brahman dalam diri kita. Kita adalah kesadaran dan energi kekal yang meliputi segala hal. Di sisi dalam, jauh di lubuk hati, kita ini sempurna setiap saat, dan kita harus menemukan dan menyesuaikan diri dengan kesempurnaan ini agar menjadi murni. Energi kita dan energi Brahman adalah sama, yang keluar dari kekosongan. Kita semua adalah anak-anak yang manis dari Brahman. Setiap hari kita harus berusaha melihat energi hidup di pepohonan, burung-burung, hewan dan manusia. Ketika kita melakukannya, kita melihat Brahman sedang beraksi. Veda menegaskan, “Dia yang mengenal Brahman sebagai Hidup dari hidup, Mata dari mata, Telinga dari telinga, Pikiran dari pikiran … dia benar-benar memahami sepenuhnya Penyebab dari semua sebab.”
Sumber inspirasi : Satguru Sivaya Subramuniyaswami (1927-2001)

Setitik Debu

January 30, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: 2. Inspirasi 
Tidak ada orang di bawah matahari yang adalah murid saya. Sebaliknya, saya adalah murid semua orang. Semua adalah anak-anak Tuhan. Semua adalah hamba-Nya. Bagi saya, saya menganggap diri saya sebagai setitik debu dari kaki seorang bhakta.

Bantuan Uang Rp 100 Juta Dibagikan Untuk Persiapan Galungan

January 30, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
LAMPUNG, 30 Januari 2012 (Bali Post) :
Perayaan Galungan kali ini di Banjar Sukaraharja, Dusun Napal, Sidowaluyo, Lampung Selatan, diyakini berbeda dengan perayaan sebelumnya. Maklum, dusun ”Bali” dengan 300 KK itu, seminggu lalu terkena musibah. Rumah warga dibakar dan harta bendanya juga ludes. Meski demikian, persiapan menyambut hari kemenangan itu tetap dilakukan, walau sangat sederhana.
Sementara kegiatan di Posko Bantuan yang dipusatkan di jaba pura masih sibuk. Bantuan barang-barang utamanya sembako terus mengalir. Demikian pula punia berupa uang juga terus berlanjut. Hingga kemarin telah terkumpul uang Rp 100 juta.
Ketua Posko ”Peduli Napal” Wayan Gunawan, S.E. yang juga Ketua PHDI Kecamatan Sidomulyo menyatakan uang Rp 100 juta itu akan dibagi-bagikan kepada warga untuk biaya Galungan. Pembagian ini dinilai mendesak karena warga tak memiliki apa-apa lagi, kecuali pakaian yang ada di badan.
Sekretaris Posko Wayan Suwinarta, S.H. menambahkan, distribusi besarnya bantuan akan disesuaikan dengan kerusakan serta jumlah keluarga. Untuk kerusakan yang paling parah mendapat Rp 1 juta, namun yang lebih ringan Rp 300 ribu bahkan Rp 200 ribu. ”Kami bagi bantuan agar ada uang untuk hari raya,” ujar Suwinarta.
Pembagian sembako dan bantuan lainnya juga telah dipertimbangkan berdasarkan kerusakan serta jumlah warga. ”Kami dengan segenap panitia di Posko berusaha membagi dengan mendekati asas keadilan, walau memang berat karena sulit untuk memenuhi kehendak dan harapan warga,” tegasnya.
Pihaknya bersama warga yang lain tetap mengharapkan adanya empati dalam wujud bantuan dari semeton di Bali. ”Kami senantiasa mengharap dukungan, bantuan, dan doa dari saudara-saudara di Bali. Apa pun bantuannya kami akan terima dengan ikhlas dan senang hati,” tambahnya.
Belum Normal
Sementara itu, kegiatan warga di dusun tersebut belum normal. Untuk urusan ladang, mereka sudah mulai melaksanakan kegiatan, sebab kebunnya berada di belakang rumah warga. Namun untuk pergi ke kota, warga belum berani karena masih dihantui perasaan waswas.
Sopir bus Nyoman Agus mengatakan masih di rumah saja, bersih-bersih puing-puing rumah. ”Saya belum berani nyopir, masih saja ada rasa waswas,” ujar Nyoman Agus.
Sementara Nyoman Sada, guru bahasa Inggris di SMPN 1 Sidomulyo, juga belum mengajar. ”Saya akan ke sekolah Senin mengajar anak-anak. Meski berat, saya harus melakukan swadharma sebagai guru. Sedih memang kalau dipikirkan, namun saya berupaya untuk tegar,” ujar Nyoman Sada asal Nusa Penida kelahiran 20 Februari 1961 ini. (*)

Wali Kota dan Wawali Denpasar Sampaikan Selamat Galungan dan Kuningan

January 30, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
DENPASAR, 30 Januari 2012 (Bali Post) :
Hari Rabu, 1 Februari 2012, segenap umat Hindu merayakan hari suci Galungan dan pada Sabtu, 11 Februari hari suci Kuningan. Kedua hari suci ini merupakan puncak rangkaian perjuangan umat Hindu untuk mengimplementasikan ajaran dharma yang bersumber dari kitab suci Weda. Perjuangan tersebut diawali dari memilah pikiran-pikiran yang sesuai dengan dharma (kebenaran) dengan pikiran-pikiran yang tidak dibenarkan oleh dharma (keburukan). Kemudian, mengawal dengan penuh kesadaran proses pikiran baik dan benar tersebut menjadi ucapan serta perbuatan baik dan benar pula.
Dengan demikian, terciptalah kondisi kehidupan masyarakat yang damai, penuh cinta kasih dan kebahagiaan serta keharmonisan dalam masyarakat yang majemuk ini. Melalui kondisi yang harmonis ini, akan melapangkan jalan untuk mencapai cita-cita moksartham jagadhita. Demikian disampaikan Wali Kota Denpasar I.B. Rai Dharmawijaya Mantra dan Wakil Wali Kota I GN Jaya Negara, Jumat (27/1) di ruang kerjanya, Kantor Wali Kota Denpasar.
Pada kesempatan itu pula, Wali Kota dan Wawali Kota Denpasar menyampaikan ucapan terima kasih kepada segenap masyarakat Kota Denpasar yang telah dengan tiada henti-hentinya terus berjuang mengimplementasikan ajaran dharma ini dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini berperan sangat besar terhadap kelancaran pelaksanaan kepemimpinannya sebagai wali kota dan wakil wali kota dalam mewujudkan good governance. Hal ini terbukti dari penghargaan mulai dari pemerintah provinsi sampai dengan pemerintah pusat kepada masyarakat dan Pemerintah Kota Denpasar atas prestasinya dalam bidang pendidikan, sosial budaya, ekonomi, dan seterusnya.
Lebih lanjut wali kota mengatakan, melalui pelaksanaan ajaran-ajaran dharma ini akan melahirkan insan-insan yang bertanggung jawab akan kehidupan dirinya sendiri, harmonisasi kehidupan bermasyarakat, harmonisasi kehidupan dengan alamnya, serta harmonisasi kehidupan yang bersifat duniawi dengan spiritualitasnya (hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa). Hal ini akan terlihat melalui toleransi kehidupan beragama dalam melakukan bhakti dengan sungguh-sungguh serta memupuk rasa manyamabraya, segilik salunglung sabayan taka, dan paras-paros sarpanaya. Dengan demikian, akan terwujud masyarakat Kota Denpasar yang bahagia yang pada akhirnya dharma pun akan terus ajeg.
Akhirnya, melalui kesempatan yang baik ini pula, I.B. Rai Dharmawijaya Mantra dan I GN Jaya Negara menyampaikan ”Selamat merayakan Hari Suci Galungan dan Kuningan” kepada segenap umat Hindu, semoga Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa terus asung kertha wara nugraha menyinari dan membimbing umat manusia berjuang menegakkan dharma. (ad)

Lingkar Studi Mahabraya Gagas Dialog Konstruktif

January 30, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
DENPASAR, 30 Januari 2012 (Bali Post) :
Berbagai fenomena keumatan dan kebangsaan yang berkembang di masyarakat selama ini, ternyata menggugah sejumlah alumni mahasiswa Hindu Universitas Brawijaya Malang untuk turut berkontribusi dalam memberikan gagasan-gagasan solutif. Bertempat di Warung Rani, Jl. Teuku Umar Denpasar, mereka mendeklarasikan Lingkar Studi Mahabraya.
”Kami merasa terpanggil untuk dapat berkontribusi di masyarakat,” ujar I Gusti Ngurah Agung Darmayuda, S.T., M.M., Direktur Eksekutif Lingkar Studi Mahabraya, saat menjelaskan bahwa para alumni yang dulunya notabene para aktivis, ternyata dipandang terlalu lama berkutat pada aktivitas profesionalnya masing-masing.
Rahde, panggilan akrab Ngurah Agung, lebih jauh menyatakan permasalahan-permasalahan yang berkembang di masyarakat hendaknya dapat diselesaikan dengan suatu dialog konstruktif. ”Memang isu-isu yang muncul tidak jarang menimbulkan kontroversi dan kebuntuan politik. Sehingga dalam hal ini, dialog antara pihak-pihak yang berkepentingan merupakan bentuk kanalisasi daripada kebuntuan-kebuntuan semacam itu,” jelas mantan aktivis yang turut berpartisipasi di awal pembentukan KMHDI ini.
Dalam deklarasi yang dibacakan langsung Direktur dan Sekretaris Eksekutif Lingkar Studi Mahabraya disebutkan bahwa sebagai organisasi yang memiliki visi wadah apresiasi dalam mengimplementasikan dharma agama dan dharma negara. Sedangkan misinya adalah untuk menyalurkan segenap potensi yang dimiliki Alumni Mahasiswa Hindu Universitas Brawijaya untuk dapat berkontribusi positif dalam pembangunan umat Hindu, bangsa, dan negara.
Sementara itu, Sekretaris Eksekutif I Gede John Dharmawan, S.H., M.Kn. mengemukakan, struktur yang dibentuk mempertimbangkan latar belakang dan kapabilitas alumni yang beragam. Sehingga Lingkar Studi Mahabraya mengembangkan Divisi Politik, Hukum dan HAM, Divisi Sosial dan Ekonomi, Divisi Pendidikan dan Kebudayaan, serta Divisi Agama dan Kemasyarakatan.
Dalam jajaran Dewan Pembina tercatat sejumlah nama di antaranya I Gede Pasek Suardika, S.H., M.H., Dr. Ir. Ketut Astawa, M.Sc., Nyoman Landra, S.T., Gede Agus Surya Pratama, S.T., Anak Agung Ngurah Panji Astika, S.T. dan Komang Suarjana, S.T.
Pada acara deklarasi tersebut, Ketua Forum Komunikasi Alumni Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Brawijaya (Forkam Mahabraya) Gede Agus Surya Pratama, S.T. juga didaulat memberikan sambutan.
Sejumlah tokoh juga turut menghadiri deklarasi ini, di antaranya Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si. (Direktur Eksekutif LKSD) dan I Gede Udi Prayudi, S.E., S.H., M.H. (Ketua Umum FA KMHDI) dan Eka Santhi Indra Dewi, S.T. (Ketua Kopwan Bali Kriya Pertiwi).
Sementara Dr. I Wayan Jondra menyarankan agar organisasi baru ini perlu mempertimbangkan kearifan lokal Bali sebagai pilar perjuangannya dan memastikan bahwa para intelektualnya dapat bermanfaat bagi sesama. (ad4)

Galungan : Penjor Instan Laris di Tabanan

January 30, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
TABANAN, 30 Januari 2012 (Bali Post) :
Penjor instan alias tinggal pasang mulai digemari krama Bali untuk menyambut datangnya hari raya Galungan. Ini terlihat dari banyaknya pesanan penjor instan. Dalam sehari, pemesan penjor instan bisa mencapai 100 orang. Mereka rata-rata memilih penjor siap pakai ini karena harganya yang terjangkau.
Harga penjor instan dipatok Rp 100.000 per biji. Harga ini sudah termasuk sanggah cukcuk. Sehingga, pembeli hanya tinggal menyiapkan bebantenan. “Pokoknya, pembeli tinggal memasang,” kata Kompyang, penjual penjor di jalan Kaswari, Desa Jambe, Tabanan, Minggu (29/1) kemarin. Pria ini mengaku, sudah kebanjiran order sejak, Sabtu (28/1) lalu. Para pemesan biasanya meminta penjor yang langsung jadi.
Untuk membuat satu biji penjor tidaklah sulit. Apalagi, Kompyang mempekerjakan beberapa tenaga untuk membantu bisnis dadakan tersebut. Untuk menarik minat pembeli, Kompyang memilih berjualan di dekat jalan raya. Sehingga, mudah dijangkau warga. Puncak pesanan penjor ini diperkirakan terjadi hari ini. Sebab, Selasa (31/1) siang, seluruh penjor wajib terpasang di rumah warga.
Selain penjor jadi, Kompyang bersama saudara kembarnya, Dobler juga menyediakan bahan penjor. Seperti bambu, sampian, sanggah cukcuk hingga bendera. Harga bambu dipatok Rp 15.000- Rp 25.000 per batang, tergantung ukurannya. Sedang sanggah cukcuk hanya Rp 6.000 per biji. Sementara, sampian dipatok Rp 6.000- Rp 15.000 per biji.
Batang bambu kata Kompyang banyak didatangkan dari Pupuan. Namun, kali ini, dia lebih banyak mendapatkan pasokan batang bambu muda. Pemicunya, musim piodalan yang terjadi sepanjang tahun membuat bibit bambu berkurang. Usaha penjor ini merupakan tradisi yang digeluti setiap datangnya Galungan. Hasilnya pun menggiurkan. Menurut Kompyang, dirinya tak mengambil untung besar dalam bisnis tersebut. Yang penting kata dia, bisa membantu krama lain membuat penjor. “Untungnya tidak seberapa, yang penting bisa membantu krama menyiapkan penjor,” pungkasnya. (udi)

Saraswati Puja Celebrated in Assam

January 30, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Source: http://www.assamtribune.com/scripts/detailsnew.asp?id=jan2912/at08
GUWAHATI, ASSAM, INDIA, January 28, 2012 (Assam Tribune):
Saraswati Puja, the occasion of paying obeisance to the Goddess of Learning, was celebrated with festive fervor and gaiety all over the State. Educational institutions and other learning institutes observed the puja with religious rituals on their campuses. Students turned up in large numbers in the venues to seek the blessings of the goddess. This was followed by the partaking of prasad and khichiri. The festive spirit was evident in the city since morning with young girl students dressed in their dazzling best hitting the streets and thronging the puja venues in their hordes. The major educational institutions such as Cotton College, Handique Girls’ College, B Borooah College, Pragjyotish College, Guwahati College, Gauhati University, Gauhati Commerce College, TC Girls’ High School, Sonaram High School, Kaliram Baruah Girls’ High School, Maligaon Railway High School, Axom Jatiya Bidyalay, Gopal Bodo High School, Betkuchi High School, Kamrup Academy, among others, drew huge crowds. The festivities started early in the morning with aarti followed by chanting of various mantras.

Economics of Two Festivals

January 30, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Source: http://timesofindia.indiatimes.com/city/varanasi/Two-festivals-varying-gains/articleshow/11667273.cms
VARANASI, INDIA, January 28, 2012 (Times of India):
Two big religious ceremonies of the city, but both vary in many ways for artisans. Yes, the festival of Saraswati Puja fetches more profits for the artisans who are engaged in preparing idols of the deity worshipped on the occasion of Basant Panchami as compared to grand celebration of Durga Puja. According to Chandan Mukherjee, an artisan in Luxa area, no doubt Durga Puja of Sharadiya Navratra is held on a large scale in different parts of the city, there are only 200-250 puja pandals prepared for the same. However, Saraswati Puja is now being organized in almost all the educational institutions, organisations and clubs due to which the orders placed for idols are more, leading to greater production and profits. According to Mukherjee, who will be catering to customers for around 70 Deities, unlike Durga Puja, there are no spectacular preparations of Deities using different materials like terra cota, jute, mirror, beads. However, the Deities are simple and vary from US$6.00 to $200.

Basant Panchami paints Mumbai yellow

January 30, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Source: http://timesofindia.indiatimes.com/city/mumbai/Basant-Panchami-paints-Mumbai-yellow/articleshow/11658942.cms
MUMBAI, INDIA, January 28, 2012 (Times of India):
The color yellow fills the air as the city prepares to celebrate the festival of Basant Panchami on Saturday. The festival welcomes the onset of spring on the fifth day of the Hindu month of Magh. Spilling over from Makar Sankranti, kite-flying is a routine practice this day, particularly in north India. Women dress in yellow, which is the color of spring, and prepare a variety of sweets flavored with saffron. The day is dedicated to the worship of Goddess Saraswati , the deity of learning and music. Santoor artiste Rahul Sharma has imbibed the tradition from his father, Pt Shivkumar Sharma. He says, “This is a little-known festival although all musicians revere this day, of course. For my part, I chant the Saraswati mantra every day. Saturday is doubly special so I will spend more time in prayer and hope that the goddess of music continues to bless me.”

Saraswati Puja Rings in Spring in Dhaka

January 30, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Source: http://bdnews24.com/details.php?id=217050&cid=25
DHAKA, BANGALADESH, January 28, 2012, (bdnews24.com):
Heralding the season of Spring, Saraswati Puja is being celebrated across the country, with Dhaka University’s Fine Arts faculty students claiming their 35-foot idol is the biggest in the world. A Hindu festival meant to seek the blessings of Saraswati, students and educationists cutting across religious divide join in the festivities to honor the deity of wisdom, education, fine arts and performing arts. The puja is held on the day of Vasant Panchami every year. “According to Hindu myth, Saraswati, the goddess of wisdom and learning, rides a swan or a peacock, or is seated on a lotus,” Sadhan Chakrabarty, priest at the temple in Dhaka University’s Jagannath Hall, told bdnews24.com. Like other years, students of DU’s Fine Arts Faculty have created Jagannath Hall’s Saraswati idol this year, too. Made of jute, it has been placed in the hall’s pond. “Thirty-five people worked daily for a month to create the idol,” DU Fine Arts student Chanchal Karmakar said. He said it might be the biggest Saraswati idol in the world, and that they have appealed the Guinness Book of World Records to enlist their creation.

Sempurna Setiap Saat

January 29, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: 2. Inspirasi 
Kita adalah kesadaran dan energi kekal yang meliputi segala hal. Di sisi dalam, jauh di lubuk hati, kita ini sempurna setiap saat, dan kita harus menemukan dan menyesuaikan diri dengan kesempurnaan ini agar menjadi murni.

Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan

January 29, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: 2. Inspirasi 
Selamat hari raya Galungan dan Kuningan ... Semoga senantiasa menang melawan diri sendiri. "Nora hana satru manglwihana geleng hana ri hati." Tidak ada musuh yang melebihi musuh yang ada di dalam diri sendiri. Meskipun seseorang selalu jaya terhadap seterunya, serta tak terbilang jumlah musuh yang dibunuhnya, dia tidak akan pernah kehabisan musuh sebelum berhasil menaklukkan musuh yang ada di dalam dirinya.

Galungan: Menang Melawan Diri Sendiri

January 29, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: 1. Apresiasi 
dambho darpo'fimansca
krodhah paarusyam eva ca,
ajnyanam ca abhijatasya
parta sampadam asurin.
(Bhagawad Gita.XVI.4).
Maksudnya: Sifat takabur atau berpura-pura, membangga-banggakan diri, pembenci, kasar, mengagungkan kewangsaannya, bodoh tanpa ilmu pengetahuan oh Partha, itu adalah fitur-fitur orang yang tergolong bersifat keraksasaan.
Menurut Bhagawad Gita XVI.4-5 ada dua kecenderungan sifat manusia yaitu asuri sampad dan dewi sampad. Kecenderungan keraksasaan dan kecenderungan kedewaan. Dua kecenderungan ini terjadi karena bertemunya purusa dengan pradana yaitu unsur kejiwaan dan unsur kebendaan. Dari purusa muncul kecenderungan kedewaan dari pradana muncul kecenderungan keraksasaan. Akan menjadi positif apabila kecenderungan kedewaan menguasai kecenderungan keraksasaan.
Fitur-fitur sifat keraksaan antara lain: dhambo yaitu suka berpura-pura, darpo (sombong), abhima nasa (membangga-banggakan diri di depan orang lain), krodha (pemarah, dengki dan pendendam), abhijatasya (mengagungkan kewangsaanya), parusia (berwatak keras dan kasar) dan ajnyana (bodoh tanpa ilmu atau kena tujuh kegelapan).
Kalau kecenderungan keraksasaan yang mendominasi kecenderungan kedewaan akan muncullah enam sifat keraksasaan yang negatif itu. Itulah yang menjadi musuh yang paling besar umat manusia yang berada dalam dirinya. Karena itu dalam Kekawin Nitisastra II.5 dinyatakan:'' Nora na satru mangelewihane geleng hana ri hati''. Artinya, tidak ada musuh yang lebih hebat dari pada musuh yang ada dalam diri manusia. Bangkitkan segala kekuatan spiritual untuk melawan musuh yang ada dalam diri kita masing-masing. Jangan sebaliknya setiap ada masalah pada diri kita terus mengkambing-hitamkan orang lain sebagai penyebab munculnya masalah. Upayakan menganalisis terlebih dahulu, siapa sesungguhnya penyebab utama munculnya masalah tersebut pada diri kita. Kalau memang muncul dari ulah kita sendiri mengapa kita terlalu cepat menyalahkan orang lain.
Dalam merayakan Hari Raya Galungan seyogianya ada upaya untuk mensinergikan ilmu pengetahuan (patitis ikang Jnana Sandhi) untuk mengatasi musuh yang berada dalam diri kita. Semaikanlah nilai-nilai spiritualitas agama ke dalam lubuk hati kita sebagai umat manusia untuk melawan sifat-sifat keraksasaan yang berada dalam diri manusia. Sifat-sifat keraksasaan itulah sesunguhnya sebagai penyebab utama kuatnya eksistensi adharma menggeser dharma. Dalam merayakan Galungan sesungguhnya kita diingatkan agar senantiasa menciptakan kondisi diri untuk semakin kuatnya kecenderungan dewi sampad atau sifat-sifat kedewaan agar dominan dalam diri.
Sifat-sifat kedewaan itu menurut pustaka Bhagawad Gita XVI, 5 antara lain: Tejah (cekatan dan tegas dalam bersikap), ksama (pemaaf), dhrti (teguh iman), sauca (suci lahir batin), adroha (bebas dari rasa benci), natimanita (tak angkuh atau sombong). Enam sifat utama itulah yang diingatkan oleh perayaan Galungan untuk senantiasa dibangkitkan. Dominasi sifat-sifat kedewaan itu akan membawa masyarakat hatinya "galang apadang" yaitu jiwa yang cerah sebagaimana dinyatakan dalam Lontar Sunarigama tentang makna perayaan Galungan. Dengan kuatnya kecenderungan kedewaan maka dharma pun akan senatiasa tegak dalam kehidupan.
Untuk membangkitkan kecenderungan kedewaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah.Upaya harus dilakukan secara terus menerus. Tidak bisa hanya dengan menghapalkan ajaran agama dengan membaca dan mendengarkan dharma wacana. Hal itu harus diupayakan dalam seluruh pemeliharaan hidup ini. Dalam Bhagawad Gita VII.1 dinyatakan langkah yang wajib dilakukan yaitu: Asakta manah yaitu meneguhkan konsentrasi pikiran, yoga yunjana artinya sungguh-sungguh mempraktikan ajaran yoga. Madawasraya yaitu selalu berlindung pada Tuhan. Asamsaya artinya tidak ragu-ragu melakukan apa yang diyakini benar. Samagram artinya lakukan semuanya itu dengan sepenuh hati.
Melakukan lima hal yang dianjurkan oleh Sri Krisna dalam pustaka Bhagawad Gita itu harus dilatih terus menerus. Dalam melakukan hal itu pasti ada ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Hadapilah hal itu dengan teguh tidak mudah putus asa. Karena fitur orang kuat atau bala tidak mudah sakit, tidak mudah putus asa, tidak mudah tersinggung, tidak mudah marah, tidak mudah kecewa, tidak menuduh, tetap teguh dan awas tawakal dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Karena itulah Galungan dirayakan setiap enam bulan wuku, maksudnya agar jangan kita lupa dan lengah memperbaiki diri setiap saat. Karena Butha Galungan selalu mengintip kita semuanya.Bhuta Galungan itu meliputi Butha Galungan, sifatnya buruk untuk mendorong kita gampang bertengkar. Buhta Dungulan sifat buruk yang mendorong kita mau menang sendiri tidak mau tahu kesusahan orang lain dan Butha Amangkurat sifat buruk yang haus kekuasaan untuk tujuan yang sempit. Tiga Butha Galungan tersebut dewasa ini masih sangat merajalela di dunia. Di mana-mana ada kerusuhan berebut pengaruh agar menang dan tidak ikhlas kalah. Di mama-mana ada orang yang haus akan kekuasaan. Demo kekerasan, ingin menang sendiri. Masih ada yang mempertahankan adat istiadat yang tidak manusiawi. Ada berbuat rusuh dengan mengatasnamakan agama. Ini menandakan masih mendominasinya sifat-sifat keraksasaan dalam berbagai pihak. Mereka-mereka itu tidak perlu dibenci dan dihujat. Kalau mereka terbukti melanggar hukum, jatuhkan sanksi secara adil. Jangan memvonis mereka dengan cara-cara yang tidak adil. Vonis yang tidak adil dan tidak benar akan merusak dharma. Vonis yang adil dan benar justru akan membuat dharma akan semakin tegak, yang dihukum dan yang menghukum akan mendapatkan pahala mulia dari Tuhan. Demikian dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra. Yang penting sebarkan kasih sayang yang tulus kepada semuanya.
Sumber: Bali Post

Musibah Lampung: Mukjizat, Pura Dalem Selamat

January 29, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
LAMPUNG, 29 Januari 2012 (Bali Post):
Banyak orang tidak percaya, Pura Dalem dan Pura Prajapati tidak sampai terbakar seperti rumah-rumah warga. Padahal dari saksi mata menyebutkan bola api mengarah ke tempat suci itu. "Setelah kami periksa tidak ada Pura Dalem dan Pura Prajapati yang terbakar," ujar Jro Mangku Gede Pura Dalem Banjar Sukaraharja Dusun Napal Desa Sidowaluyo Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.
Kerusakan di Pura Dalem maupun Pura Prajapti, nyaris tidak ada. Jika perhitungan akal sehat pura sudah hancur lebur. Namun anehnya, tidak terjadi kejadian berarti, ujar Jro mangku yang ke Dusun Napal pada tahun 1958 bersama 11 KK. Walau tidak bermasalah berarti pada dua pura itu, pihaknya bersama warga tetap melakukan perenungan nunas ampura dengan prosesi duur mengala pada tengah malam, Jumat lalu bertepatan dengan Sugihan Jawa.
Dia bersama warga melakukan prosesi persembahyangan bersama untuk tujuan mulat sarira atau introspeksi. "Kami benar-benar minta ampun, minta maaf kepada Ida Betara Siwa dan Durga yang berstana di Pura Dalem. Semoga kesalahan secara sadar dan tidak sadar yang kami perbuat diampuni oleh Tuhan, "ujar Jro Mangku asal Desa Jungut Batu, Nusa ini.
Persembahyangan ini juga diharapakan sebagai momen kebangkitan warga, dalam upaya pendakian lebih intensif pada spiritualitas dengan menguatkan nilai nilai humanis.
Ketua PHDI Kecamatan, Wayan Gunawan, SE, juga sepakat mengatakan persembahyangan bersama mulat sarira ini, untuk memohon ketabahan, sekaligus juga pencerahan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. "Semoga kami diberikan kekuatan dengan tulus menerima kenyaatan pahit. Kami yakin di balik derita ini ada hikmah tersembunyi yang diterima warganya, "ujar mantan aktivitis KMHDI di Lampung ini.
Pura Dalem ini dibangun 1960 yang diawali dengan nanjeb turus lumbung. Kini sudah berdiri megah berupa Padmasana, Anglurah, bale pelik, piasan, bale gong dan gedong.Selama ini, kata Jro Mangku Astawa, tidak ada prosesi upakara yang kurang dan tidak dilaksanakan pada setiap pujawali maupun piodalan. Bahkan, upacara ngenteng linggih dilaksanakan 2001 silam. Setiap piodalan di Budha Langkir semua jenis rentetan upacara dipenuhi.
Wayan Gunawan juga mengungkapkan, di balik kejadian ini ada hikmah dan proses pembelajaran. "Kami yakin Ida Sang Hyang Widi yang mahacinta kasih memberikan pembelajaran berbagai hal untuk peningkatan derajat rohani kami. Semoga semua pihak memberi apresiasi sehingga kehidupan kami bisa normal bahkan lebih baik, "tegas Jro Mangku Astawa. (Ram)
Ketakutan, Akibatnya Mag
Penderitaan warga Bali di Banjar Sukaraharja Dusun Napal Desa Sidowaluyo Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, pascakonflik yang terjadi Selasa (24/1) lalu, tidak saja menyisakan kesedihan dan trauma, warga juga mengalami berbagai penyakit.
Dari 13 jenis penyakit yang dikategorikan menyerang warga pascakerusuhan dan pembakaran 90 rumah plus ruko dan enam sepeda motor itu, mayoritas menderita penyakit mag alias gastritis. Penyakit mag banyak yang menyerang warga akibat ketakutan yang sangat dominan. Apalagi ketika di pengungsian warga tidak merasakan rasa lapar."Ada yang sampai dua hari tidak makan," ujar Kabid Dikkes Polda Lampung Kompol, dr.Nyoman Gustama, di lokasi, Sabtu (28/1) kemarin.
Warga yang terserang mag tercatat 114 orang, karena tiga hari tidak makan disertai rasa sedih membuat perut bermasalah. "Kondisi itu menyebabkan perih di perut dan juga sakit kepala," tambahnya.
Selain sakit mag ada juga yang menderita nyeri otot alias mialgia (70), 47 orang ispa (pilek), 39 orang rematik, 23 febris (demam), 21 hipertensi, dan 13 orang alergi kulit. "Pada hari pertama tercatat 295 orang yang menderita sakit, namun kini jumlahnya terus menurun," kata dokter tamatan FK Unud ini.
Bantuan Terus Mengalir
Sementara itu, bantuan kemanusiaan terus mengalir. Selain datang dari instansi pemerintah dan swasta juga dari PHDI Kabupaten Lampung Barat, Lamung Timur, dan Lampung Tengah serta dari tokoh masyarakat lainnya. Termasuk warga Bali yang duduk sebagaia anggota legislatif.
Komang Koheri, SE, anggota DPRD Provinsi Lampung, mengatakan apa yang dilakukannya sebagai wujud kepedulian sosial dan kemanusiaan kepada sesama. "Terus terang kami sangat prihatin," ujar Komang Koheri dari Desa Ramadewa Kecamatan Seputi Raman, Lampung Tengah. Bantuan yang didistribusikan antara lain sembako, air mineral, mi instan, tikar, kasur, perlengkapan mandi termasuk bantuan dana.
Adanya wujud empati dari warga Bali yang dibuktikan dengan mengalirkan sumbangan melalui dompet Bali Post, diapresiasi Sekretaris PHDI Lampung dr. Ketut Seregig, SHMH, Langkah kepedulian melalui wujud ber-dania punia kepada warga saudara yang benar-benar membutuhkan ini sangat mulia. Tradisi itu perlu terus dipupuk dan dipelihara, harap perwira polisi asal Kusamba, Klungkung yang juga Ketua Yayasan Buana Ashram yang mengelola STAH Lampung ini. (*)

Desa Kapal Jelang Galungan Satu Penjor Bisa Capai Rp 700 Ribu

January 29, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
KAPAL, Mengwi, BADUNG, 29 Januari 2012 (Bali Post):
Momen hari raya Galungan membawa berkah tersendiri bagi masyarakat khususnya para penjual hiasan penjor. Di Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, misalnya, menjelang hari raya Galungan, para pedagang selalu kebanjiran order.
Kadek Karyana, salah seorang pedagang hiasan penjor dan peralatan upacara di Jalan Raya Kapal, mengungkapkan, masyarakat setempat memang memanfaatkan momen hari raya Galungan untuk bisnis musiman ini mengingat kebutuhan akan hiasan penjor seperti sampian sangat tinggi. Selain digunakan untuk pribadi, tak sedikit pula di antara konsumennya yang membeli dalam jumlah banyak untuk kemudian dijual kembali.
Diungkapkannya, harga sampian berbahan ental yang ditawarkan cukup bervariasi, dari yang termurah Rp 7 ribu sampai Rp 70 ribu. Harga tergantung dari besar dan kerumitan sampian. Minat konsumen, menurutnya, juga sangat bervariasi, tergantung dari kebutuhan dan kemampuan konsumen itu sendiri. Namun, biasanya konsumen membeli sampian dengan harga menengah.
Pembeli sampian dan peralatan penjor saat ini sudah cukup banyak. Biasanya pembeli akan membeludak saat Penyajaan Galungan. Karyana yang membuka dua outlet ini mengaku dalam sehari bisa memperoleh penghasilan sampai Rp 1,6 juta. Namun pendapatan itu, dikatakannya, lebih rendah ketimbang Galungan periode lalu. "Sekarang sudah banyak di daerah lain yang menjual hiasan penjor," ujar Karyana yang sehari-harinya menjual pelangkiran dan sanggah berbahan kayu tersebut.
Salah seorang penjual lainnya mengungkapkan, selain pendapatan tidak sebesar sebelumnya, bahan baku sampian yakni ental, saat ini sulit dicari. Harganya pun juga melambung. Menurutnya, ental dari daerah Sumbawa saat ini sedang langka di pasar.Makanya, pendapatan bersih dari penjualan hiasan penjor saat ini turun ketimbang periode sebelumnya. "Harga bahannya sekarang mahal. Tetapi kami tak mau jual sampian terlalu mahal. Makanya untungnya tidak sebanyak enam bulan lalu, "katanya.
Selain sampian atau hiasan penjor, masyarakat setempat juga ada yang menjual langsung penjor. Untuk penjor, para pedagang menjual dengan kisaran harga Rp 600 ribu sampai Rp 700 ribu. Kalau hiasan penjor konsumennya dari berbagai daerah, pembeli penjor biasanya justru berasal dari daerah Kapal dan sekitarnya.
Bendesa Kapal, AA Gde Darmayasa, mengungkapkan momen Galungan memang membawa berkah tersendiri bagi masyarakat setempat. Puluhan pedagang bisa ditemukan di sekitar wilayah Kapal. Menurutnya, bisnis musiman peralatan penjor ini telah dilakoni warganya sejak lama. Selain dijual di sekitar desa, tidak sedikit pula hasil karya masyarakat yang dijual ke luar daerah. (Ded)

Ngusaba Pura Dalem Puri Besakih

January 29, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Besakih, 29 Januari 2012 (Bali Post):
Pura Dalem Puri Besakih merupakan pangulun (pusat) pura dalem di Bali. Upacara ngusabha rutin dilakukan tiap tahun. Ngusabha kali ini puncaknya dilaksanakan, Senin besok (30/1).
Serangkaian ngusabha, umat yang nyodang pitara atau leluhur sudah diperbolehkan pamangku setempat sejak Sabtu (28/1) kemarin. Acara ini diawali dengan macaru, nedunang pralingga kairing meyang-yang di tapakan palinggih.
Pemangku Pura Dalam Puri, I Gusti Mangku Ngurah Kubayan, mengatakan saking antusiasnya umat, pamedek dari seluruh Bali sudah tangkil sejak dua minggu lalu. Hal itu menunjukkan umat tak hanya shalat pada puncak piodalan tetapi tiap hari.
Gusti Mangku Kubayan menjelaskan yang malingga dan kasungsung di pura ini sakti dari Dewa Siwa yakni Dewi Durga. "Ada juga menyebut Dewi Uma atau Parwati. Bisa menyebut dengan banyak nama sesuai daerah atau negara asal umat, tetapi hakikatnya satu, "ujarnya.
Umat ​​Hindu yang tangkil di Pura Dalem Puri selain mohon perlindungan, harap anugrah dan kesejahteraan buana agung dan buana alit, intinya juga nyodahang ida pitara. Di mana dalam susastra disebutkan, papar Gusti Mangku Kubayan, begitu meninggal dan diaben, pitara mamarekan (mengabdi) kepada Ida Batara Durga yang di-sungsung di Pura Dalem Puri. Namun roh orang meninggal yang belum diabenkan, belum bisa langsung memarekan di jeroan tetapi masih di jabaan. Karena itulah, keluarga orang yang memiliki anggota keluarga belum diabenkan, jika ingin masoda sebaiknya cukup dilakukan di jaba pura atau di Tegal Penangsaran.
Terkait nuntun usai ngaben dan ngerorasan, tujuannya sang pitara dimohon kepada Ida Batara Durga lalu dengan prosesi nuntun, agar mau kalinggihang di pura Ibu / dadia atau di Merajan atau pura keluarga lainnya. Di sanalah, keturunannya shalat dalam rangka mohon tuntunan, perlindungan dewa hyang atau para leluhur.
Gusti Mangku Kubayan menyampaikan, untuk umat yang ingin pedek tangkil di Dalem Puri, sebaiknya pertama ngaturang piuning di Pura Prajapati, di palinggih di bawah pohon beringin besar. Usai itu barulah masuk ke jeroan. Di jeroan, selain palinggih utama berupa cungkub yang merupakan palinggih utama linggih Ida Batari Durga, juga terdapat sejumlah palinggih pangabih.
Terkait persembahyangan ngusaba di pura Dalem Puri kali ini, Gusti Mangku Kubayan mewanti-wanti pamedek agar bersabar menunggu antrean jika penuh sesak. Selain itu, hendaknya sarana sudah disiapkan dari jabaan pura. Selain itu, hendaknya waspada dengan barang bawaan, jangan sampai kehilangan dompet atau anggota rombongan tertinggal. Sebaiknya menentukan waktu yang tepat dengan persiapan matang, sehingga persembahyangan menjadi layanan. Pemedek juga bisa menyiapkan payung atau mantel, guna mengantisipasi kalau sewaktu-waktu di Besakih turun hujan lebat.
Usai puncak karya pada Senin (30/1), Ida Batara langsung masineb malam itu juga. (Bud)

Senderan dan "Panyengker" Pura Segara Gilimanuk Roboh

January 29, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
NEGARA, 29 Januari 2012 (Bali Post):
Senderan dan tembok panyengker Pura Segara Gilimanuk roboh akibat digempur ombak dan angin kencang, Jumat (27/1) lalu. Sejatinya senderan pengaman Pura Segara itu sudah lama mengalami retak dan nyaris ambrol, namun lantaran dibiarkan, kini benar-benar runtuh.
Informasi yang dihimpun Sabtu (28/1) kemarin, mulanya senderan yang runtuh hanya sekitar dua meter. Tetapi saat angin kencang disertai ombak yang besar Jumat lalu, panjang senderan yang hancur bertambah. Bahkan sampai 15 meter yang ambrol.
Runtuhnya senderan itu praktis diikuti bergeraknya tanah di atas senderan. Saat bergerak itulah, tembok panyengker ikut roboh sepanjang lima meter. Kini, reruntuhan senderan yang jebol itu dapat terlihat dari kapal yang berlabuh di dermaga LCM.
Masih adanya cuaca buruk belakangan, dikhawatirkan akan memperparah senderan yang runtuh. "Tanah di atas senderan ini masih tanah pasir dan labil, sehingga sewaktu-waktu bisa ambles, apalagi digempur ombak," terang salah satu penjaga di dermaga kapal barang.
Gedong Pura juga terancam ikut tergerus bila tidak segera ditangani, pasalnya jarak antara bibir senderan dan gedong tinggal semeter lagi.
Bendesa Pakraman Gilimanuk, I Ketut Galung, mengatakan penyebab senderan jebol itu karena ombak dan angin kencang yang muncul seminggu terakhir. Selain itu, dampak tekanan baling-baling kapal yang kandas beberapa waktu lalu, sehingga air yang menghantam senderan semakin keras. Atas kejadian itu, Galung mengaku telah menyampaikan ke perangkat adat sampai ke kelurahan.
Di sisi lain, Lurah Gilimanuk, IGN Rai Budhi, membenarkan telah menerima laporan dan mengecek ambrolnya senderan dan tembok panyengker Pura Segara itu. Kelurahan menurutnya sudah melaporkan hal tersebut ke Bupati dan berharap bisa segera disikapi agar jangan sampai Pura Segara juga ikut tergerus. (Kmb26)

Chicago Art Museum Gets India Government Grant for in Honor of Swami Vivekananda

January 29, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Source :
CHICAGO, Illinois, January 27, 2012 (AFP):
The Art Institute of Chicago telah memenangkan sebuah major grant dari pemerintah India in honor of a landmark 1893 speech there by a monk, Swami Vivekananda, who introduced Hinduism ke Amerika Serikat. The $ 500.000 grant akan menandatangani over Saturday at the opening of a major exhibit of the paintings and drawings of Rabindranath Tagore, an Indian poet, playwright, musician, and philosopher who was the first non-Eropa recipient of a Nobel Prize for literature in 1913 . "It is a supreme honor to be diakui oleh Pemerintah India sebagai partner in the Preservation, pameran, dan promotion of India 's cultural heritage," said Art Institute director Douglas Druick. The Vivekananda Memorial Program for Museum Excellence dirancang untuk foster professional exchange antara Art Institute dan berbagai museums in India over the next four year. It is the first time a US museum telah menerima a grant from the Indian government. The young Hindu monk Electrified the World 's Parliament of Religions, which was held on the site of what is now the Art Institute in conjunction with the World' s Fair. Opening with the words "Sisters and brothers of America," Vivekananda ditawarkan an impassioned Plea for religious tolerance and understanding and lamenting peran agama played in war and bloodshed. The block of Michigan Avenue bahwa Art Institute occupies was named the Honorary Swami Vivekananda Way in 1995 by the city of Chicago dan museum memiliki juga marked the site of his address dengan plaque yang akan rededicated Saturday. "It means a lot to Indians who view Vivekananda as the first great ambassador of Indo-American budaya friendship," Culture Secretary Shri Jawhar Sircar said in a statement. "I am sure bahwa Vivekananda Memorial Program for Museum Excellence juga akan membawa us closer, for our mutual benefit."

Hindu Spiritual and Service Fair draws Crowd

January 29, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Source : http://ibnlive.in.com/news/hindu-spiritual-and-service-fair-draws-crowd/224693-60.html
CHENNAI, INDIA, January 27, 2012 (The New Indian Express):
The Hindu Spiritual and Service Fair 2012, being held at the Dwaraka doss Goverdhan doss Vaishnav College Ground in Arumbakkam, is drawing huge crowds. Menurut the organisers of this sought-after annual spiritual fair of the metro, Total 160 stalls have been put up oleh berbagai spiritual dan service organisasi berbasis di selatan, serta dari utara India. Large concentration of visitors were seen at the stalls put up by the Tirumala Tirupati Devasthanams (TTD), Prajapita Brahmakumaris Ishwariya Vishwa Vidhyalaya, Sri Sathya Sai Organizations, Melmaruvathur Adiparasakthi Peedam, Sri Narayani Peetam, Vellore, Seva Bharathi dan Ayya Vaikundar Narpani Sangam, Kanyakumari . Pictorial presentation of TTD 's growth through a topic' Then and now 'drew good response from youth, as they were able to see some rare photographs of the temple and its development over the years. Stalls of the Hindu Religious and Charitable Endowments Departments of Tamil Nadu dan Andhra Pradesh dan Archeological Survey of India disimpan a steady stream of visitors on Tuesday evening.

Opinion: Kristen di Karnataka State not under "Wave of Persecution"

January 29, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Source : http://samvada.org/2012/news/is-karnataka-really-the-rogue-state-no-1% E2% 80% B2 /
Bengaluru, INDIA, January 23, 2012 (samvada.org): [The author is a Christian freelance journalist].
A retired judge of Karnataka High Court, MF Saldanha memiliki recently said that Kristen di Karnataka State are under an unprecedented wave of persecution. Dia telah juga termed Karnataka as "the Rogue State No.1." Unfortunately for Saldanha, he himself admits that the State has not disimpan any killing in this season of "persecution."
Despite the horror stories trotted out by Saldanha dan his friends about the unprecedented "persecution of Christians in Karnataka" it is interesting to not that there has not been a single instance of Christians fleeing the State and migrating to tetangga states!
The same retired judge batas alleged last year that there were 1,000 attacks against Kristen di Karnataka at that time. Asked for the details of the attacks, Saldanha failed to provide me with the list of names of churches and even dates of attacks. Thus, his baseless charges against the State government now also reflect his shocking ignorance of the real religious situation in Karnataka.
I am at present a member of the Karnataka State Minorities Commission, representing the Christian community in the State. I have the first hand information about several of the alleged attacks against Kristen di Karnataka. I can thus confidently say that the incidents of violence against Kristen di Karnataka have been few and far between. Namun, all of them have been blown out of proportion dan internationalized by a handful of pemimpin dari Christian community and by unscrupulous politisi. They are using ordinary Christians as pawns in their hands for their narrow selfish ends.
The reasons for the attacks against certain Christian groups are not difficult to ascertain.Simply put, they are a reaction to the "aggressive faith marketing," propaganda, dan mindless evangelism and conversions melalui foul dan unethical means indulged in by Christian Missionaries who denigrate and make fun of Hindu gods and abuse Hindu rituals as barbaric.
Click "source" above for the balance of this long article.

Bumi yang Sabar

January 28, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: 2. Inspirasi 
Orang harus sabar seperti Bumi. Kejahatan apapun yang sedang ditimpakan pada dirinya, ia dengan tenang dan sabar menanggung semuanya.
Sarada Devi (1853-1920)
Mangku Suro : Dalam ketenangan dan kesabaran Bumi berusaha merubah semua sampah menjadi pupuk yang menyuburkan dirinya dan dari itu menjadikan dirinya berguna.

Musibah Lampung : Warga Mulai Bersihkan Puing Rumah

January 28, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
LAMPUNG, 28 Januari 2012 (Bali Post)
Warga Banjar Suka Raharja, Napal, Sido Waluyo, mulai Kamis lalu tidak lagi tidur di tegalan atau tanah lapang. Jumat (27/1) kemarin semua warga sudah pulang, termasuk pasangan muda Komang Merta – Ni Wayan Sutri, yang harus melahirkan bayi prematur.
Bantuan satu tenda untuk satu KK membuat warga bisa tinggal di sela-sela puing rumahnya yang luluh-lantak. Jro Mangku Pura Puseh Made Karuna menyatakan, akibat musibah itu Ni Wayan Sutri harus melahirkan prematur. ”Kecemasan akibat berlari ke tegalan membuat kelahiran bayinya lebih cepat dari jadwal,” jelas Jro Mangku yang juga guru agama di SD setempat.
Jumat kemarin, semua warga tampak membersihkan puing-puing rumahnya yang telah menjadi arang. Mereka dibantu pasukan dari TNI dan Polri. Tiga ibu rumah tangga yakni Nyonya Nyoman Sudiono, Nyonya Made Sardi dan Nyonya Made Sudiadnya yang rumahnya berdekatan juga sibuk membersihkan barang-barangnya yang hangus.
Nyonya Nyoman Sudiono menjelaskan, rumahnya yang baru tiga bulan selesai senilai Rp 400 juta hangus terbakar. Demikian pula dua unit traktor, mesin menyedot air, mesin penyabitan dan bajak yang harganya Rp 40 juta-an per unitnya juga terbakar. ”Saya ingin barang yang susah payak saya kumpulkan bisa kembali,” harapnya sembari menitikkan air mata.
Penduduk yang bekerja sebagai sopir, guru, apalagi anak-anak sekolah belum berani keluar ke arah Bandar Lampung. Trauma dan ketakutan menghantui warga melewati wilayah Kota Dalem. Kota Dalem berjarak 7 km dari Dusun Napal ini merupakan jalan utama ke Bandar Lampung. ”Saya libur dulu, masih belum berani nyopir ke kota,” kata Nyoman Agus, sopir bus jurusan Sido Waluyo – Bandar Lampung.
Guru bahasa Inggris di SMPN 1 Sidomulyo Nyoman Sada juga masih belum sekolah. Keluarga ini dua rumahnya berikut tokonya hancur, termasuk uangnya sebanyak Rp 8 juta. Diperkirakan kerugian sekitar Rp 650 juta untuk dua rumahnya, perlatan seperti televisi, komputer, barang dagangan, dll. hangus.
Ia bersama istrinya, Sukarningsih, kebetulan sore kemarin dikunjungi Ida Rsi Sri Natha Kusuma dari desa tetangga, Desa Bali Nuraga. Kunjungan Ida Rsi untuk memberikan support kepada warga yang terkena musibah.
Nyoman Sada mengaku masih stres atas kejadian yang menimpanya. Demikian juga, ia mengaku bingung memikirkan biaya kuliah anaknya di Fakultas Sastra Inggris Universitas Lampung. ”Uang saya habis semua. Untuk membayar nanti terpaksa minjam di sekolah,” ujar Nyoman Sada sedih.
Sementara naka-anak SD dan SMP juga masih meliburkan diri pascakerusuhan tersebut.
Istri Gubernur Truli Sahrudin usai menyerahkan bantuan sempat memberi hiburan kepada anak-anak usia sekolah itu di balai masyarakat di jaba Pura Puseh. (ram)
Perlu Pakaian Layak Pakai
Bantuan tenda, beras, mi instan, air mineral, memang mengalir ke Banjar Sukaraharja, Napal, Lampung Selatan. Namun mereka juga memerlukan pakaian. Sebab, mereka hanya memiliki pakaian yang melekat di badan saat melarikan diri dari amuk massa. Uang untuk membeli pakaian juga tak punya.
Ketua PHDI Kecamatan Sidomulyo Wayan Gunawan, S.E. dan Klian Adat Sukaraharja Wayan Suardana mengharapkan bantuan pakaian bekas layak pakai. ”Pakaian kami semua ludes terbakar. Yang tersisa hanya yang melekat di badan. Kami benar-benar krisis pakaian, karena itu kami sangat memerlukan pakaian bekas yang masih layak pakai,” harap Wayan Gunawan, anggota DPRD Provinsi Lampung periode 1999-2004.
Hal senada disampaikan Klian Adat Wayan Suardana. ”Kami memang sedang tertimpa petaka, karena itu kami tidak malu memohon kebaikan hati masyarakat Bali agar sudi memberikan bantuan apa saja, termasuk pakaian bekas yang masih layak pakai. Di samping itu, juga diperlukan obat-obatan, sembako dan peralatan sekolah.
Dusun Napal dihuni 300 KK dengan penduduk 1.500 jiwa. Dusun yang menghasilkan padi, jagung, cabai, cokelat, karet ini berjarak sekitar 54 km dari pusat Kota Bandar Lampung. (ram)

Disayangkan, Gubernur Belum Mengambil Langkah Kongkret

January 28, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
DENPASAR, 28 Januari 2012 (Bali Post) :
Sejumlah elemen pemuda Bali yang terdiri atas BEM IHDN Denpasar, Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Provinsi Bali dan Lembaga Kajian Strategis Dharma (LKSD) kembali menggelar aksi penggalangan dana untuk para korban kerusuhan Lampung di perempatan Tohpati, Jumat (27/1) kemarin. Sebelumnya juga dilakukan aksi penggalangan dana di Jalan Dewi Sartika – Jalan Sudirman, Denpasar.
Pada hari pertama berhasil dikumpulkan dana Rp 7.931.650. Sementara pada hari kedua dana yang dikumpulkan dari masyarakat pengguna jalan sebanyak Rp 13.803.300.
Ketua LKSD Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si. mengatakan, kepedulian krama Bali terhadap nasib warga Bali di Lampung sangat tinggi. Ini patut mendapat apresiasi sebagai bentuk kepedulian dalam membantu sesama anak bangsa.
Namun di balik kepedulian warga tersebut, Jondra juga menyayangkan karena Gubernur Bali belum mengambil langkah kongkret dalam kasus Lampung ini. Semestinya selaku gubernur harus mengambil langkah cepat dan strategis, jangan sampai warga Bali yang ada di Lampung frustrasi. Bisa dibayangkan kalau mereka memilih pulang, akan diberi pekerjaan apa mereka nanti? ”Kalau saya jadi gubernur minimal saya kumpulkan pegawai di gubernuran untuk madana punia,” jelasnya.
Bayangkan saja adik-adik mahasiswa secara ikhlas mengumpulkan bantuan dengan turun ke jalan. Ternyata sambutan masyarakat sangat antusias. Buktinya, dalam dua hari ini sudah terkumpul dana Rp 20 juta. Bahkan yang patut dibanggakan, ada seorang pengguna jalan menyumbang secara spontan sebanyak Rp 1 juta. ”Ini sungguh kepedulian yang luar biasa dari rakyat,” jelasnya.
Sudah Koordinasi
Kepala Biro Humas Pemprov Bali I Ketut Teneng ketika hendak dikonfirmasikan Jumat kemarin sekitar pukul 11.30 terkait langkah yang diambil Pemprov dalam kasus Lampung, menyatakan belum bisa memberikan keterangan karena segera menghadiri rapat.
Namun sebelumnya, kepada kantor berita Antara, Ketut Teneng menyatakan Gubernur Bali Made Mangku Pastika telah berkoordinasi dengan Gubernur Lampung dan Kapolda Lampung agar dapat melindungi setiap warga di daerah konflik. ”Intinya Bapak Gubernur sudah meminta agar aparat terkait di Lampung dapat segera berusaha maksimal menyelesaikan secara hukum agar kerusuhan tidak berkembang lagi,” ujar Teneng, Rabu lalu.
Dari hasil komunikasi dan koordinasi dengan Gubernur dan Kapolda Lampung, lanjutnya, bentrokan yang terjadi di Desa Sidomulyo, Lampung Selatan, murni karena persoalan remaja dan sama sekali tidak terkait dengan urusan agama. ”Dalam waktu dekat, Gubernur juga akan segera bertemu dengan Forum Kerukunan Umat Beragama dan tokoh-tokoh lintas etnis untuk mencari langkah yang terbaik dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip NKRI dan negara hukum,” katanya.
Ia mengharapkan pula masyarakat Bali tidak melakukan mobilisasi massa sebagai bentuk keprihatinan akibat bentrok itu, karena tindakan tersebut justru dapat memicu munculnya persoalan baru. ”Keprihatinan seyogianya dengan mengedepankan tindakan dan cara-cara yang elegan, sehingga dapat menjadi solusi yang mengarah pada perdamaian. Masyarakat kami harap jangan serta-merta mengambil reaksi yang berlebihan dengan berbondong-bondong ke sana,” ucapnya.
Pemprov Bali, lanjutnya, saat ini sedang memikirkan cara yang terbaik kalau ada masyarakat Bali yang ingin menyalurkan bantuan ke sana. ”Bentuk bantuan seperti apa harus terkoordinasi agar tidak menimbulkan ketersinggungan dan justru malah memicu persoalan baru,” kata Teneng. (kmb)

“Ngusaba” Dalem Puri Ranmor Dilarang Lewat di Depan Pura

January 28, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
AMLAPURA, 28 Januari 2012 (Bali Post) :
Terkait ngusaba di Pura Dalem Puri Besakih yang puncaknya pada Senin (30/1), umat Hindu sudah diperkenankan pedek tangkil mulai Sabtu (28/1). Hal itu setelah Ida Batara kaaturan patabuhan caru yang mulai digelar di Pura Ulun Kulkul, Besakih.
Hal itu disampaikan pamangku pura setempat I Gusti Mangku Ngurah Kubayan, beberapa hari lalu di Besakih.
Sementara itu, terkait mengantisipasi jangan sampai terjadi kemacetan yang lama seperti pengalaman pada ngusaba tahun sebelumnya di pura setempat, Kapolres Karangasem AKBP Jefri Torunde mengatakan Jumat (27/1) kemarin di Karangasem kepolisian di Karangasem menerjunkan 100 personel polisi untuk mengatur lalu lintas. Tak hanya kepolisian, juga nantinya dibantu pecalang Desa Besakih. Rapat koordinasi dengan satuan pengamanan dan panitia sudah digelar beberapa waktu lalu di Besakih.
Sementara itu, Kasat Lantas Polres Karangasem AKP I Nengah Subangsawan mengatakan, jalur masuk ke Pura Dalem Puri tetap seperti tahun sebelumnya. Umat dari arah Denpasar bisa melalui jalur utama dari pasar Menanga menuju terminal Kedundung. Pamedek dari terminal harus berjalan kaki. Mereka tak boleh membawa kendaraan bermotor (ranmor) sampai ke jalan di depan pura. Namun harus parkir di parkir umum seperti terminal Kedundung. Saat pulang dari terminal Kedundung, bisa langsung balik lewat Menanga sementara kendaraan kecil bisa melewati jalur Batusesa. Sementara pamedek dari arah Buleleng lewat desa Pempatan bisa melewati simpang Kunyit, parkir di terminal atas atau di tempat parkir pribadi. ‘’Tak ada yang boleh membawa kendaraan ke jalan depan Pura Dalem Puri, agar tak macet total. Dari terminal tinggal berjalan sedikit,’’ ujar Subangsawan, putra Singakerta, Rendang. (013)

Galungan, Tujuh Dusun Krisis Air PDAM

January 28, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
GIANYAR, 28 Januari 2012 (Bali Post) :
Kendati jabatan Dirut PDAM Gianyar telah diganti dengan pejabat baru, namun tak juga berbuah hasil pada perbaikan pelayanan. Bahkan, dalam perayaan hari raya Galungan yang akan datang tujuh desa mengalami ancaman krisis air bersih.
Hal tersebut sebagaimana pemberitahuan resmi yang disampaikan pihak PDAM dan Bagian Humas Pemkab Gianyar, Jumat (27/1) kemarin. Mulai tanggal 26 s.d 30 Januari 2012, pelayanan air PDAM Cabang Tampaksiring mengalami gangguan pelayanan pada wilayah Desa Manukaya. Tujuh dusun yang krisis air pada perayaan Galungan yakni Dusun Maniktawang; Dusun Penendengan, Dusun Belahan, Dusun Temen, Dusun Keranjangan, Dusun Basangambu, dan Dusun Mancingan.
Gangguan pelayanan dengan alasan, terjadi gangguan PLN pada sumber Manik Tawang. PDAM terhadap hal itu hanya mengimbau kepada pelanggan di wilayah tersebut untuk menampung air pada saat air mengalir.
Selain Galungan, krisis air PDAM juga akan terjadi hingga perayaan Kuningan. Tanggal 1 hingga 11 Februari 2012, pemakaian air pelanggan sangat meningkat, sehingga tekanan air terutama pada jam-jam puncak pemakaian yakni pagi hari antara pukul 05.00 s.d 09.00 wita, pada malam hari antara pukul 17.00 s.d 20.00 wita.
Terhadap kasus yang menimpa kantor PDAM cabang Ubud, pihak PDAM mengharapkan partisipasi seluruh masyarakat untuk memelihara serta menjaga fasilitas PDAM Gianyar. Dengan partisipasi itu, berarti sudah ikut menunjang pelaksanaan tugas PDAM Gianyar dalam rangka meningkatkan pelayanan air minum di Kabupaten Gianyar.
Kondisi cuaca dan angin kencang yang terjadi saat ini membuat pelayanan PDAM terganggu karena gangguan PLN akibat banyaknya pohon tumbang sehingga terjadi pemadaman listrik dan mengakibatkan pompa PDAM tidak berfungsi dengan baik. Jika ada yang mengalami gangguan pelayanan agar segera menghubungi kantor PDAM Kabupaten Gianyar atau petugas PDAM Gianyar akan segera menindaklanjuti, jelas Dirtek PDAM Nyoman Nuka dikonfrimasi terpisah.
Di samping imbauan, PDAM dalam mengantisipasi suplai air PDAM pada perayaan Galungan dan Kuningan juga menyiapkan mobil tangki, yang bisa mendrop air bersih kepada pelanggan. (kmb16)

World’s First Yoga Room for Passengers Opens at San Francisco Airport

January 28, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Source: http://www.mercurynews.com/travel/ci_19829117
SAN FRANCISCO, CALIFORNIA, January 26, 2012 (Mercury News):
In a quintessentially Californian move that could provoke a groan from some in the red states — officials inaugurated a public yoga studio Thursday for passengers at San Francisco International Airport, possibly the world’s first inside an airport. After the official opening for the 150-square foot former storage closet Airport Director John Martin, a yogi of 18 years who performed a sun salutation pose to mark the occasion, had a word for those who’s eyes roll at the concept. “Maybe this is exactly the place they need to de-stress,” said Martin, standing a few feet from the dimly lit, silent, blue room.
The Yoga Room, as it’s called, is located beyond the security check point in Terminal 2, and so is only open to flyers. There’s no teacher or TV inside, just a few chairs and some yoga mats. It cost between $15-20,000 to build and was born of the idea from a visitor to the terminal, said Martin. As the rules, which prohibit shoes and turned-on electronic devices, show it’s a rather self-service operation. “Silence is appreciated,” the rules remind.
The room’s already been open for two weeks and at least six people made use of it during the roughly 45 minutes reporters were on the scene Thursday morning. Andrea Chenu from Redwood City popped in for a few poses before her flight to Florida. “I think anything that makes traveling easier is a good thing,” she said. “You avoid road rage in the sky.”
Her thoughts were shared by most of the folks who walked past, slowing the roll of their luggage to take a look. Dean Lukin of Kotzebue, Alaska, who said he’d only left his home state four times, smiled when he saw it. “Well everyone’s different,” he added. “I think it’s cool.”
As to the claims that SFO was home to the world’s first airport yoga studio, well that’s a bit of a maybe. Airport officials based their belief on the lack of a internationally recognized symbol for yoga rooms. Nearly everything in the airport has a universal pictogram in order to communicate with people from anywhere: a picture of a suitcase stands for baggage claim and a martini glass means bar. Into the yoga symbol vacuum stepped the officials from SFO. They crafted a black and white, Buddha-looking pictogram that’s posted above the frosted glass wall and door to yoga studio. “We’re almost certain its the only (airport yoga) room in the world,” said Martin.

Tamil Nadu Government Takes over Agastiyar Temple in Chennai

January 28, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
Source: http://www.deccanchronicle.com/channels/cities/chennai/audit-errors-drive-tn-take-over-temple-265
CHENNAI, INDIA, January 27, 2012 (Deccan Chronicle):
The Agastiyar temple at T. Nagar (central Chennai) that has been managed more as an ashram and a defunct Naadi Jothida Nilayam for about six decades was taken over by the Hindu Religious and Charitable Endowment (HR & CE) department on Wednesday evening citing “gross mismanagement” and “violations.” The temple had its origin as an ashram dating back to 1940 and was registered as a society in April 1943 by 12 persons for running a Naadi Jothida Nilayam. Over time, it became a full-fledged temple and now contains several sannadhis, according to sources in the HR & CE department.
In October 1947, the then commissioner of HR & CE Board brought the temple under the board’s control as per the HR & CE Act 1926. But the decision was challenged in the high court, which set aside the commissioner’s order. The court had then observed that the “board’s premature interference has really arrested the slow and gradual evolution of shrine into a public temple.” Subsequently, the ‘ashram’s’ appeal was quashed.
In June last year. The department’s assistant commissioner held an enquiry at the temple following a spate of complaints from public alleging misappropriation. The official found that the place no longer served as an ashram and that a full-fledged temple functioned. It was also found that Kumbhabhishekam was performed to the temple on three occasions with generous contributions from philanthropists and devotees.
Though the ‘ashram’ management raised funds on various occasion, the accounts were never audited, a senior official said and added that investigations would be made on the amount collected from the public. “The temple has six priests and there was no opposition to the department’s decision to exercise administrative control of the temple from any quarters,” the senior official said.

Pura Kerti Bhuana Wai Lunik Lampung

January 27, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: 3. Budaya 
MASYARAKAT Hindu di Bandar Lampung memiliki tempat suci nan indah, namanya Pura Kerti Bhuana, Wai Lunik. Pura yang bertempat di atas bukit itu berdiri megah di kawasan Jalan Sukarno Hatta Trans Lintas Sumatera, tepatnya Desa Wai Lunik, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung. Dari Bandara Raten Inten 2 perlu waktu sekitar 50 menit, sedangkan dari kota lebih kurang 20 menit.
Meski pura relatif sederhana, karena hanya ada bangunan Padmasana dengan tinggi 9 meter plus palinggih Anglurah pada utamaning mandala, namun vibrasi di pura yang dekat dengan Pelubuhan Peti Kemas Panjang itu sungguh luar biasa. ”Kami merasa mendapat kedamaian batin ngayah di Pura Kerti Bhuana,” ujaar Jro Mangku Gede Yasa (79).
Mantan Wakil Daerah Perekonomian Laut di Semarang itu sudah mengabdi selama 17 tahun sejak 1994. ”Saya merasa mendapat segalanya di pura ini,” ujar pemangku 3 anak, 8 cucu dan 4 cicit ini. Dikatakannya, setiap Kuningan dilangsungkan piodalan di pura ini. Empat banjar ngempon pura ini yakni Banjar Satria, Banjar Waealin, Banjar Tengah dan Banjar Sukabumi. ”Selama ini tidak ada kendala yang berarti setiap piodalan, jika pujawali umat membeludak, persembahyangan sampai 20 sesi. Saat pujawali memang suasananya sangat meriah. Bahkan untuk menyemarakkan pada setiap upacara sering didatangkan Arja Muani dari Bali,” ungkap kakek kelahiran 1933 asal Pengastulan Kecamatan Seririt, Buleleng ini. (ram)

Elemen Pemuda Bali Galang Dana untuk Korban Lampung

January 27, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: Uncategorized 
DENPASAR, 27 Januari 2012 (Bali Post) :
Sejumlah elemen pemuda Bali yang terdiri atas BEM IHDN Denpasar, Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Provinsi Bali dan Lembaga Kajian Strategis Dharma (LKSD) menggelar aksi penggalangan dana untuk para korban kerusuhan Lampung di perempatan Jalan Dewi Sartika – Jalan Sudirman, Denpasar, Kamis (26/1) kemarin.
Aksi damai yang dikoordinatori Ketua KMHDI Provinsi Bali Kadek Sumadiarta itu diawali dengan persembahyangan bersama untuk mendoakan agar peristiwa kelabu yang menimpa sejumlah transmigran asal Bali di Desa Sido Waluyo Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan itu secepatnya ditangani dan diusut tuntas oleh aparat berwenang sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Turut hadir dalam aksi yang direspons positif para pengguna jalan di kawasan tersebut Ketua LKSD Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si.
Sumadiarta mengharapkan peristiwa serupa tidak terulang lagi di masa depan dan segenap komponen anak bangsa di Lampung Selatan kembali hidup rukun dan damai, sehingga bisa beraktivitas dengan tenang. Ia juga meminta aparat berwenang di Lampung Selatan, baik aparat kepolisian maupun TNI, lebih tegas lagi dalam melindungi masyarakat guna menghindari terjadinya kerusuhan untuk kedua kalinya. ”Kami ingin aparat lebih tegas lagi dalam menangani tindakan-tindakan anarkis seperti ini,” katanya penuh harap.
Menurut Sumadiarta, aksi penggalangan dana untuk korban Lampung itu akan dilaksanakan selama empat hari yakni mulai Kamis (26/1) hingga Minggu (29/1) mendatang. Khusus untuk kegiatan hari Minggu (29/1), penggalangan dana itu akan dipadukan dengan aksi budaya berupa ngelawang barong yang dipusatkan di kawasan wisata Pantai Kuta. Aksi budaya ini bertujuan untuk memberikan pengenalan kepada wisatawan mancanegara maupun domestik bahwa pemuda di Bali sangat cinta damai. ”Seluruh dana yang berhasil digalang dalam aksi solidaritas ini akan disumbangkan kepada semeton Bali di Dusun Napal, Lampung Selatan yang jadi korban kerusuhan,” ujarnya.
Ketua LKSD Wayan Jondra mendesak pemerintah pusat sigap menuntaskan permasalahan di Lampung Selatan guna mengantisipasi permasalahan ini meluas menjadi konflik berbau SARA yang lebih sulit untuk diantisipasi. Dengan begitu, kasus ini tidak boleh sampai berlarut-larut dan aparat harus menyelesaikan kasus ini secara tuntas. ”Akar permasalahan ini juga harus dituntaskan sehingga tidak terulang lagi di masa mendatang,” tegasnya. (kmb13)

Tuhan Tidak Bisa Memisahkan Diri-Nya dari Kita

January 27, 2012 by Mangku Suro · Comments Off
Filed under: 2. Inspirasi 
“Tuhan adalah Hidup dari hidup kita.” Seorang guru besar membawa ini lebih jauh dengan mengatakan, ada satu hal yang Tuhan tidak bisa lakukan: Tuhan tidak bisa memisahkan diri-Nya dari kita. Karena Tuhan adalah hidup kita. Tuhan adalah hidup pada burung. Tuhan adalah hidup pada ikan. Tuhan adalah hidup pada hewan-hewan. Menyadari akan energi Hidup ini pada semua makhluk hidup adalah selaras dengan menyadari kehadiran kasih Tuhan dalam diri kita.
sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar